Travelling

Exploring Indonesian's magnificent places is my passion

Mountain Bike

The most exercise I did during my free time

Photography

To capture the beauty of the places I've visited

Culinary

The other reason why I love to go traveling

Engineering

Because big dreams never come so easy

Moto-Adventure

Graze the road and enjoy the adventure from each and every miles

Ujung Genteng, Pantai Tak Sampai

Pantai yang konon sangat indah dan berpasir halus nampaknya saya belum kesampaian. Jadwal yang mepet dan membawa keluarga membuat mobilitas saya sebagai traveller terhambat. Nampaknya waktu lebih lama dihabiskan di perjalanan dibandingkan mengeksplorasi daerah ini. Ombak besar yang bergulung-gulung di permukaan pantai berkarang tajam. Sangat berbahaya sebenarnya berenang di tempat ini. Tapi harus enjoy deh.
The beach where it is popular with beautiful view and soft sands, but I felt differently that time. A tight holiday and my family that is not enjoying traveling, made my exploration desire was inhibited. A longer time spent in the road in our way than the time spent on enjoying the destination itself. A big waves in sharp corals ground make me think repeatedly why this beach is so popular. But I still did enjoy the fabulous view

Mengenai Ujung Genteng
Sejauh pengetahuan saya, terletak di daerah Surade. Terletak di ujung selatan Sukabumi. Terkenal karena konservasi penyu dan pasir putihnya yang lembut.
About Ujung Genteng
As I know, this beach located in Surade, in the corner of Sukabumi city, which is popular due its sea-turtle conservation and the soft sandy beach

Menuju Kesana
Dari jalan tol Jagorawi, sampai pintu tol Rancamaya, perjalanan bisa dilakukan via Sukabumi atau via Pelabuhan Ratu menuju Surade. Kedua jalur tersebut sama-sama panjang, namun jalur via Pelabuhan Ratu lebih banyak rest point berupa warung-warung penduduk. Jalur via Sukabumi melewati pabrik kapur dan perkebunan teh, sehingga lebih sering bertemu kendaraan-kendaraan besar. Untuk akses jalan, sama-sama kurang baik.
How to Get There
From Jagorawi highway, drive straight to Rancamaya exit, then continue to Surade via Sukabumi or via Pelabuhan Ratu route.  Both routes are long exhausting road, but Pelabuhan Ratu route provide more rest points of food stalls that locals serve. Sukabumi route mainly will passing through limonite mine and tea plantation, so we will passing by with big trucks more often. For road condition, both are mostly damaged.
Sunrise Surade
Sunset Ujung Genteng

Pertemuan Secara Tidak Sengaja Dengan Orang Utan Liar

Hari ini seperti hari biasanya di Lapangan. Adanya pekerjaan perbaikan pipa gas tekanan tinggi memberi saya kesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan ke lokasi kerja. Teman saya yang kebetulan ditugaskan untuk hal lain, namun arahnya sama, menuju Bontang. Kebetulan juga pada jadwal tugas saya kali ini, saya membawa kamera DSLR, sekalian untuk dokumentasi pribadi. Jadilah kami berdua dengan supir menuju Bontang melalui jalur offroad inspeksi pipa menggunakan mobil double-cabin  bergardan ganda. Setelah selesai tugas saya di lokasi pekerjaan, giliran saya mengantar teman saya ke arah Bontang. Namun, karena turun hujan gerimis dan jalan menjadi licin, supir mobil kami menurunkan kecepatan sesuai kebijakan perusahaan. Beberapa kilometer dari tugu khatulistiwa (ekuator), pandangan saya yang terus mengamati pepohonan dari jendela mobil dikagetkan dengan adanya benda besar berwarna gelap di atas salah satu pohon. Karena laju mobil yang lambat, mungkin sekitar 10-15 km/jam, saya terus mengamati benda itu sampai saya sadari benda itu bergerak. Spontan saya meminta supir menepikan kendaraan yang kami tumpangi.
That day was usual day in job site. There was high pressure pipeline repair works, so I had to do field visit. My colleague want to join my car because his project is in Bontang, the same direction with mine. And there we went using double cabin, four wheeled drive car to Bontang via inspection road. After finishing my job at repair site, I had to accompany my friend to Bontang. But then the rain came and soil graded road became muddy, so the driver decrease the car's speed. One or two kilometers from equator monument in pipeline road, I saw a big dark brown thing hanging on the tree amongst the trees sideways. Because the car's speed was low enough (approximately 10-15 kph), I observed it thoroughly and wondering what it is. Until I realized that thing move to another trees, spontaneously I asked the driver to stop by

Orang Utan yang saya temui sedang memakan kulit kayu // The Orang Utan I encountered eating wood skin

Saat kendaraan berhenti itulah, jelas terlihat bahwa benda gelap di atas pohon itu adalah orang utan, sang primata asli Kalimantan, Pongo pygmaeus, salah satu dari dua spesies orang utan yang ada di Indonesia. Kerabat dekatnya ada di Sumatra, yaitu Pongo abelii. Orang utan itu jelas berjenis kelamin jantan dilihat dari ukurannya yang raksasa dan bentuk pipinya yang besar. Orang utan itu sedang merobek kulit kayu dan memakannya. Saya ulangi, merobek kulit kayu! Kekuatan orang utan konon sangat besar, setara 10 pria dan bisa mencabut pohon dari akarnya. Namun kekuatan yang besar tidak menjamin keberlangsungan spesiesnya atas ancamannya yang paling besar, kita, manusia. Segera saya siapkan kamera DSLR saya dan lensa telephoto yang kebetulan saya bawa di tas lensa saya. Saya tidak berniat untuk turun dari mobil dan mendekat, karena ada 2 kemungkinan, entah dia akan merasa terganggu dan pergi atau dia akan merasa terancam dan menyerang saya. Lagipula di luar sedang hujan. Jadi segera saya arahkan kamera saya dan mengabadikan foto sang raja hutan Kalimantan ini.
Then that time I knew that big dark brown thing was an Orang Utan, a wild Orang Utan, the native primates in Kalimantan, Pongo pygmaeus its latin name, one of two only Orang Utan species in Indonesia. The other species live in Sumatera, Pongo abelii. That Orang Utan was male, I conclude it from the huge body size and the determined cheek bone. That Orang Utan was tearing off wood skin and eat it. I repeat, tearing off wood skin. Its strength was enormous that scientist believe it was ten times adult men and it capable to pull out the small trees off the ground. But unfortunately, its great strength didn't guarantee its survival against its main predator, us.. human. I immediately prepared my DSLR camera and telephoto lens that I fortunately brought along during this trip. I didn't intended to get closer to it, because there might be two possibilities. Either it threatened and attack me, or it disturbed and escaped away. I didn't want to take any of that risk, so I aim carefully my camera onto it, frame it, and taking pictures of it. Take nothing but pictures
Tugu ekuator di jalur pipeline // The Equator monument on pipeline road

Bulu Babi, Si Landak Laut Bergizi Tinggi

Senja itu, setelah aktivitas snorkeling seharian di Soft Coral Pulau Pramuka, akhirnya kapal kami merapat ke restoran apung di sana. Tujuannya adalah melihat penangkaran ikan-ikan predator dan menikmati sunset, dan makan malam kalau tidak keberatan dengan harganya. Karena jiwa saya yang maunya gratisan, bersama dengan awak kapal, kami berjalan keliling jetty dan battery penahan ombak hingga ke kolam bandeng laut. Tujuannya mencari tambahan lauk untuk rencana bakar ikan di homestay, tentunya dengan gratis namun tidak mencuri.
That evening, after a full day snorkeling in Soft Coral Garden Pramuka Island, our boat stopped by a floating restaurant. There are a pool contains predator fish and a good view to enjoy sunset, and also the dinner served if you don't mind with their price. As an opportunistic person, so I went around the jetty and batteries with boat skipper, looking for anything free that edible and can add our menu for tonight barbeque at the home-stay
Soft coral Pramuka

Restoran Apung Nusa Resto // Floating restaurant Nusa Resto

Tidak terlalu lama berjalan kami melihat sosok ikan bergerak cepat masuk ke dalam lubang yang tertutup rumput laut. Air jernih sedalam betis tentu membuat ikan ini tidak bisa melarikan diri kemana-mana. Masalahnya, ikan ini sepintas tadi antara ikan kerapu merah, atau ikan lepu (rock fish). Kalau dapat yang kedua ini, ikan itu bakal dilempar ke kolam ikan predator deh.... haha (bercanda kok). Dengan rangkaian tali pancing asal bikin sepanjang 30cm saja, dan umpan daging cumi yang entah dapat dari mana, dengan penuh harap kami menunggu umpan itu dimakan. Dan ajaibnya, hore!, langsung dimakan..haha. ini ikan kelaparan atau doyan? Akhirnya seekor kerapu merah seukuran telapak tangan menambah koleksi lauk kami untuk malam nanti.
Not took so long when we saw a fish swimming fast and hiding inside a hole on the sandy shallow seabed. I don't know sure what I saw, it might be a red grouper or the poisonous rock fish. If I got the last fish, I will throw it to the predator fish pool (just kidding). The boat skipper started to set up a fishing line from the line available around the jetty, and a bait of squid piece that I don't know where he found it. Then we began fishing. Amazingly, in a matter of seconds, it hooked up. It might be very hungry or just addicted to the squid piece. At last a palm sized red grouper landed
Teman-teman perjalanan // My travelling group

Karena perut sudah kerucukan, harus dibuat rencana darurat untuk makan nih. Atas petuah teman saya yang agak aneh namun masuk akal, yang katanya jangan membawa dompet ke atas kapal, daripada basah dan tidak ada warung juga di tengah laut, akhirnya kami hanya bisa menelan ludah mencium bau tumisan dari restoran itu. Ikan kerapu yang masih menggelepar-gelepar di ujung tali pancing ini kalau dibuat sashimi pun tidak cukup, karena anatomi kerapu berkepala besar dibandingkan badannya.
I was actually very starving that time and tell the boat skipper to make emergency plan to eat. I regret for listening my crazy friend's advice that he said don't bring money to the sea, because it might be wet and no shop or restaurant in the middle of the sea. I thought he was right and now I just want to hit him on his face. I shall be satisfied with a tempting aroma of food that was came from the restaurant kitchen. This red grouper we captured before was too small to be eaten as sashimi
Ikan kerapu merah seukuran dijual di sekitar sini // The same red groupers are sold here

Akhirnya si awak kapal mencetuskan ide untuk memakan si bulbab alias bulu babi alias landak laut yang berserakan di sekitar jetty. Halal ngga? Kan Babi? Beracun ngga? Enak ngga? Bulu babi atau landak laut, dalam bahasa inggris disebut sea urchin, rupanya sudah menjadi bahan makanan di negara-negara barat dan indo-pasifik termasuk Jepang pada umumnya. Dalam masakan barat, disebut sea urchin roe, sedangkan dalam masakan Jepang disebut uni. Binatang laut yang terkenal memiliki duri-duri beracun ini, sebenarnya masih satu keluarga dengan bintang laut yang notabene adalah hama terumbu karang. Bagian yang bisa dimakan adalah telurnya. Telurnya ini mirip dengan telur ikan di bahan masakan Jepang yang biasa disebut tamago. Namun harga telur bulu babi hampir setara dengan telur ikan salmon alias kaviar kw2 (fyi kw1 dari ikan sturgeon). Biasanya dijadikan topping sushi jika di Jepang, dan bahan kuah pasta jika di Eropa. Artinya bulu babi laku dijual segar maupun dimasak terlebih dahulu.
At last, the boat skipper told us to eat sea urchin that was a lot of them around the jetty. How it tastes? Are they poisonous? Sea urchin was indeed a food that popularly served in European style restaurant and Japanese restaurant. In European menu, it was called sea urchin roe and in Japanese menu, it was called uni. This poison-spiky animal actually came from the same family with starfish. The edible part is their egg that lies in their five hard shell. In Japanese, this egg is similar with fish egg that called tamago. Their price in Japanese food is equal with Salmon egg, which is a second grade of caviar. The first grade of caviar came from Sturgeon fish. It usually used as sushi topping and pasta sauce in European food. The conclusion is, sea urchin egg has economic value if sold raw or cooked
Bulu babi yang sudah dibuka // cracked sea urchin

Cara mengolahnya, dengan hati-hati agar tidak tertusuk, bulu babi diangkat ke darat, lalu duri-durinya dirontokkan menggunakan batang kayu. Bulu babi seperti bola bercangkang rapuh di tengahnya, jadi harus dipukul hati-hati. Setelah aman dari durinya, temukan posisi mulutnya, lalu pukul-pukul dari samping agar cangkang retak. Saat dibuka, semua organ di tengahnya dibuang menyisakan buntalan-buntalan kuning orange berisi telur di kelima rongga di sekeliling tubuhnya. Ya, seperti keluarganya, bintang laut, sebenarnya tubuhnya memiliki 5 rongga.
To get their egg, carefully remove their spikes using a wooden stick or anything gard you can find. Then, find its mouth and crack their shell from sideways very carefully. If done properly, it will be opened as you open the egg shell. Discard all the organ in the middle and just take yellowish pack of egg at the five cavities on their inner shell. They has five cavities as the starfish does
Telur bulu babi // Sea Urchin Roe

Keluarkan secara hati-hati buntalan telurnya bersihkan dari sisa-sisa pecahan cangkang dan duri, lalu cuci dengan air bersih (bukan air laut). Rasanya amis dan asin, namun meninggalkan rasa manis di mulut. Namun kalau dimasak, mungkin saja bisa menjadi olahan seafood yang menambah cita rasa nusantara. Seperti telur ikan pada umumnya, telur bulu babi banyak mengandung omega 3, protein, kalsium, dan sayangnya kolesterol.  Sayang sekali tidak ada pengusaha di Pulau Seribu yang tertarik pada peluang bisnis ini.
Carefully took the egg pack and clean them from any remaining spikes fragment, shell fragments, then wash them with fresh water (not sea water). It tastes fishy and salty at the beginning, but it will leave a sweet sensation afterward. Just like tasting a fresh oyster. It contains nutrition like Omega 3, calcium, and unfortunately cholesterol. Too bad no local people here take advantage of this animal as a business commodity