Body Rafting adalah olahraga air yang prinsipnya seperti rafting/arung jeram namun tidak menggunakan rakit maupun dayung. Secara internasional, istilah yang dipakai secara umum adalah
Canyoning atau
Canyoneering, yang berasal dari kata
Canyon yang artinya tebing sungai, yaitu cerukan yang terjadi akibat pengikisan sungai terus menerus sehingga menjadi dinding tebing.
Canyoning adalah aktivitas outdoor yang meliputi
trekking, panjat memanjat tebing, lompat/terjun ke air,
rapelling (menuruni tebing/air terjun dengan tali), dan berenang, yang semuanya dilakukan melintasi badan sungai. Ya, benar, saya menyebut sungai, ini olahraga basah-basahan. Di Green Canyon atau Citumang sendiri aktivitas
Canyoning hanya terbatas aktivitas sederhana, yaitu trekking, terjun dan berenang, tidak ada menuruni air terjun, sehingga masuk kategori
Canyon walking/Gorge Walking.
|
Aktivitas canyoning atau populer disebut body rafting |
Meskipun terdengar sederhana, kenyataannya tetap saja olahraga ini tetap masuk kategori olahraga ekstrim sehingga membutuhkan dasar ilmu dan teknik yang tepat. Oleh karena itu, sangat berbahaya jika melakukan olahraga ini sekedar ikut-ikutan saja, atau tanpa pemandu. Pemandu akan mengarahkan kita ke lokasi melompat yang aman, teknik hanyut, dan melewati jeram. Pemandu juga akan menjaga kita jika kita terperangkap arus pusaran bawah atau hanyut terbawa arus ke arah yang tidak dikehendaki. Penting juga bagi para pemandu untuk mengetahui teknik pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) dan teknik resusitasi jantung paru (RJP). Selain itu pengetahuan akan kondisi cuaca lokal seperti prediksi kapan terjadi banjir bandang, perlu diperhitungkan, serta jika terjebak di kondisi tersebut, bagaimana penyelamatannya. Lihat kan? ini bukan olahraga sekedar main basah-basahan saja.
|
Medan bebatuan cadas tajam dan licin adalah tantangan yang harus dilalui |
|
Pemandangan goa seperti pintu gerbang ini bisa dijumpai saat body rafting di Green Canyon |
Alat pelindung yang digunakan adalah helm, yang biasa digunakan untuk
rafting maupun
caving, jaket pelampung (
bouyancy aid/PFD), sepatu khusus, serta pelindung siku dan lutut (dekker). Baju yang dipakai bisa baju tshirt dan celana pendek yang keduanya berbahan ringan dan tidak menyerap air. Selain karena berat jika menggunakan bahan menyerap air, bahan tersebut juga menghasilkan rasa dingin saat di sungai sehingga menjadi rawan hipotermia. Pakaian tersebut juga harus bisa menjaga serangan hewan sungai pengganggu seperti ikan candiru, lintah, ataupun serangga air yang dapat membuat gatal. Pakaian
rashguard berlengan panjang dan celana renang ketat merupakan pilihan terbaik untuk olahraga ini, namun di Green Canyon atau Citumang, biasanya cukup membawa tshirt dan celana pendek. Mengenai sepatu khusus, sepatu ini mirip sendal sepatu Crocs, terbuat dari karet atau silikon namun dengan alas kaki yang outdoor (grip nya didesain untuk batu-batu sungai). Jangan sekali-kali mencoba menggunakan sendal gunung karena jari-jari kaki tidak terlindungi dari pinggiran tebing sungai yang tajam. Jangan juga mencoba menggunakan
booties yang dipakai di karang-karang lautan karena alasnya tidak memiliki grip yang sesuai sehingga akan membuat tergelincir. Bahaya kan jika tergelincir saat akan meloncati batu-batu tebing?
|
Jeram yang ber-variasi, dari aliran tenang hingga kategori white-water siap untuk menguji nyali |
Body rafting di Citumang dan Green Canyon memiliki perbedaan mencolok.
Body Rafting di Citumang lebih santai, sehingga operator disana menjulukinya s
emi-body rafting (istilah apalagi ini?). Di Citumang, air berasal dari mata air bawah tanah yang keluar dari sebuah goa satu arah/buntu. Air ini mengalir melalui bebatuan kapur sehingga menghasilkan sungai berwarna hijau tosca yang indah. Sungai ini mengalir hingga ke laut. Karena tidak terpengaruh sungai lainnya, tingkat beningnya air disini tidak terpengaruh oleh curah hujan, sehingga kadang menjadi alternatif jika di Green Canyon banjir atau sedang keruh akibat banjir di hulu. Debit air yang mengalir relatif kecil, jadi tidak usah takut terseret arus. Bahkan sungai ini sangat aman untuk anak-anak (dengan didampingi pemandu tentunya). Karena relatif aman, maka perlindungan cukup menggunakan jaket pelampung saja, bahkan dianjurkan tidak memakai sandal atau alas kaki apapun.
|
Alternatif body rafting, adalah menggunakan tube atau ban dalam sebagai perahu |
Di Citumang, perjalanan diawali dari mulut goa mata air yang saya sebutkan tadi, kita berenang melawan arus hingga ke kedalaman dan kegelapan goa tempat mata air keluar. Lalu berenang hanyut mengikuti arus kembali ke mulut goa dan bersiap untuk loncatan khas Sungai Citumang. Titik loncatan berada di mulut goa setinggi hampir 9 meter lebih, dan untuk mencapainya harus memanjat akar-akar pohon yang menempel di dinding-dinding goa. Cara melompat aman yaitu dengan merapatkan tubuh dan melindungi rusuk (seperti cara melompat ke laut dari kapal saat darurat).
|
Mulut goa di Citumang |
|
Air terjun Citumang sebagai titik lompat kedua |
Selesai lompatan itu, berjalan sebentar mengikuti arus, sampai di air
terjun setinggi 2 meter. Yap, disini kita harus melompat juga, namun
lebih santai dan bisa dengan gaya apapun. Selain itu disini juga ada
ayunan tarzan yang bisa dipakai mengayun lalu terjun ke sungai. Setelah
air terjun pertama, kita hanyut mengikuti arus sungai dan tiba di air
terjun kedua yang lebih pendek, sekitar 1.5 meter. Disini tempat yang
bagus untuk berfoto dan melompat lagi. Setelah itu, hanyut mengikuti
arus sungai yang santai kita akan menemukan akar yang bisa dipanjat
serta tangga monyet, lalu berakhir di bendungan irigasi. Di bendungan
ini, body rafting di sungai berakhir dan dilanjutkan dengan penutup
yaitu meluncur di sepanjang saluran irigasi, dari bendungan tadi. Durasi
body rafting disini sekitar 1-1.5 jam.
|
Air terjun kedua di Citumang |
|
Suasana hijau rindang dari hutan yang menutupi jalur body rafting Citumang |
|
Irrigation tunnel di Citumang sebagai penutup petualangan semi body rafting |
Di Green Canyon, level kesulitan sangat berbeda dibandingkan dengan Citumang. Peralatan lengkap kami kenakan dan briefing, pemanasan, dan doa bersama pun tidak lupa dilakukan sebelum berangkat. Titik pemberangkatan atau pos sekretariat/
basecamp berada di areal parkir Kawasan Wisata Green Canyon di Cukang Taneuh, Pangandaran. Normalnya,
body rafting di Green Canyon memakan waktu 2.5 - 3 jam, bahkan bisa 4 jam. Kami diantar ke titik awal
body rafting menggunakan mobil
pick-up yang dimodifikasi agar ada pegangannya.
|
Titik lompat pertama body rafting dari depan Guha Bahu (Goa Bau), terjun ke air tenang |
|
Medan white water di body rafting Green Canyon |
Karena operator kami adalah Guha Bahu (goa bau), maka titik mulai kami
adalah di goa bau. Dinamakan goa bau karena di dalam goa sedalam 105
meter ini dipenuhi oleh kelelawar dan di lantai goa nya banyak kotoran
kelelawar yang membuat aroma bau (seperti amoniak). Dimulai dengan
lompatan pertama setinggi 8 meter, lalu kami mengikuti arus hingga
menemukan tebing lompatan kedua, yang juga setinggi 8 meter. Lalu
mengikuti berbagai jeram dengan tingkat kesulitan berbeda-beda, dan
akhirnya melewati tebing air terjun yang jatuh ke sungai. Lalu
dilanjutkan dengan jeram-jeram berikutnya hingga mencapai titik
istirahat yang berupa pinggiran sungai yang di atasnya adalah
perkampungan penduduk. Penduduk setempat menjual kopi, teh, gorengan dan
pop mie yang lumayan mengatasi rasa lapar. Tidak perlu takut tidak
membawa uang tunai, karena pemandu membawanya dan kita tinggal
membayarnya kembali saat di pos nanti.
|
Titik istirahat body rafting dimana dijual pop mie, kopi, teh dan gorengan |
|
Nenek-nenek penjual makanan di titik istirahat body rafting Green Canyon, ditemani suaminya dan dua anaknya |
Setelah istirahat, dilanjutkan dengan beberapa jeram hingga akhirnya sampai ke tebing-tebing dimana air terjun jatuh dari sepanjang pinggiran tebing, mirip dengan jalan menuju air terjun Madakaripura di Malang. Disini terdapat titik lompatan ketiga yang jatuh di celah sempit di antara bebatuan. Kita harus jatuh tepat disana jika tidak mau cedera akibat terkena batu sungai.
|
Air terjun yang memanjang sepanjang sisi tebing sungai mirip dengan air terjun sepanjang Madakaripura |
|
Air terjun yang airnya segar dan katanya bisa membuat awet muda |
Setelah terjun, kita harus siap mengangkat badan kita melayang di permukaan air karena langsung masuk ke jeram deras, lalu berenang ke tepian sebelah kanan. Jika gagal, maka kita akan terhisap ke jeram deras yang melalui bebatuan sempit. Dari tepian tersebut kami melipir tepian tebing dan melewati percikan mata air yang jatuh pada batuan yang subur ditumbuhi lumut. Air yang jatuh dari mata air ini sangat segar dan dipercaya siapa yang meminumnya akan awet muda.
|
Sisi tebing yang cukup sulit dilewati karena harus berusaha berenang tajam ke sisi kanan lalu ke sisi kiri |
|
Saya mengambil foto ini sambil berpegangan ke sisi tebing dari arus yang memutar/turbulen |
Dari tebing itu kami berpindah tepian dengan berenang melintas dan bersiap untuk lompatan terakhir. Titik lompatan terakhir dinamakan batu cendawan karena mirip dengan cendawan. Lompatan ini juga setinggi 8 meter. Dari titik lompatan itu tinggal mengikuti arus sungai hingga ke titik akhir dimana kita akan dijemput dengan perahu motor ke pos akhir.
|
Mendekati titik akhir, sungai menjadi lebih lebar dan arus menjadi lebih tenang, saatnya bersantai |
|
Mulai dari titik ini, pengunjung yang tidak mengambil paket body rafting bisa berenang di sungai ini karena airnya tenang |
|
Di titik akhir, kita akan dijemput perahu motor ke basecamp body rafting |