Seperti kebiasaan tahun-tahun sebelumnya, sehabis shalat Iedul Fitri di kediaman Ayah-Ibu saya di Kota Bogor, kami akan mengunjungi sanak saudara kami. Biasanya, dimulai dari yang dekat-dekat dahulu, dan sesuai kebiasaan sebelum-sebelumnya, seluruh keluarga besar akan berkumpul di daerah Leuwiliang, karena sebagian besar sanak saudara dan mendiang Kakek dan Nenek tinggal. Salah satunya, tinggal di daerah Curug Lebak Kaum, dekat PLTA Kracak, desa Kracak. Tulisan ini tidak akan menceritakan lebih jauh mengenai keluarga saya, melainkan mengenai tempat yang cukup indah di daerah tersebut, namun tidak pernah/kurang terpublikasikan, sehingga hanya dinikmati oleh warga dan keluarga sekitar saja. Kali ini saya akan mengupas mengenai Curug Lontar atau Cilontar. Curug adalah kata dalam Bahasa Sunda yang artinya “Air Terjun”. Jika berbicara wisata Air Terjun di Bogor, umumnya akan disebut Curug Luhur, Curug Seribu, Curug Nangka, Curug Cilember, Curug Bidadari, dll, namun nama Curug Lontar jarang sekali disebutkan. Cobalah untuk browsing mengenai Curug ini dan hasilnya sangat sedikit. Curug Lontar, merupakan satu dari banyak air terjun indah tersembunyi yang berada di sekitar Bogor.
It was my family's tradition, whenever after Ied al Fitr pray at my parents town in Bogor, we will visit our relatives. The sequence was the nearest first, and as usual, our family and relatives will be gathering at Leuwiliang, where our most relatives and family live including were my grand family. One of them lives at Curug Lebak Kaum, near Kracak hydro-power generation unit, Kracak village. This blog will not further explaining my family's tradition, instead, a place that is quietly beautiful but most people didn't know about, so only nearby people and their family who enjoy this place. The place is Curug Lontar or Curug Cilontar. Curug in Sundanese means waterfall. If we recalled waterfall in Bogor, most people will refer to Curug Luhur, Curug Seribu, Curug Nangka, Curug Cilember, Curug Bidadari, and other famous waterfall nearby. But Curug Lontar was rarely been recalled. Try to search this waterfall in web and you will find less results. But, as a local, Curug Cilontar is one of the most beautiful waterfalls in Bogor
Curug Cilontar // Cilontar waterfall |
Curug Cilontar merupakan bagian dari sungai Cianten yang berasal dari Pegunungan Halimun-Salak. Sungai ini akan bersatu dengan cabang aliran sungai Cikaniki dan bersatu dengan aliran sungai besar Cisadane, yang terkenal setiap bulan Januari-Februari setiap tahunnya karena dimonitor status ketinggian airnya melalui pintu air Cisadane karena menyebabkan banjir di daerah Tangerang. Air terjun dengan ketinggian 35 meter ini selalu dialiri debit air yang cukup deras sepanjang tahun, sehingga sungai pembentuk air terjun ini digunakan untuk sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Kracak sejak Zaman Penjajahan Belanda sekitar tahun 1926. Jika dilihat dari foto udara/satelit, dua pipa besar berwarna kuning akan terlihat tergeletak memanjang di sekitar daerah ini menuju Gunung Bubut, bendungan yang digunakan untuk PLTA tersebut.
Curug Cilontar was a part of Cianten river which came from springs in Halimun-Salak Mountain. This river will unite with other small rivers and Cikaniki river as Cisadane river system, which is well known as the cause of flood in Tangerang city during January-February. This 35m height waterfall is regularly supplied by high flow of river water along the year, so the river is used as the power source of hydro power generation unit (PLTA) since the Dutch colonial era, exactly around 1926. In satellite/birdeye view, two large yellow pipes will be seen laid along the area toward Gunung Bubut, the dam used for the power generation unit
Pipa kuning besar mengalirkan air untuk pembangkit listrik // Large yellow pipes transporting water for power generation |
Air terjun yang indah ini sayangnya sangat berbahaya jika digunakan untuk berenang. Air terjun ini jatuh ke kubangan luas, yang luasnya kira-kira 7,000 meter persegi dan memiliki kedalaman yang konon mencapai lebih dari 26 meter. Kubangan ini sudah menelan banyak korban pengunjung yang nekat berenang di dalamnya. Bahaya lainnya adalah banjir bandang yang dalam Bahasa Sunda disebut “Caah”. Air terjun yang cukup jernih sehingga berwarna hijau-biru tosca ini secara tiba-tiba akan berwarna coklat gelap karena adanya lumpur yang terbawa debit air yang jauh lebih besar dari normalnya. Pijakan-pijakan batu sungai di sekitar air terjun akan tenggelam dan pengunjung yang kurang waspada bisa tersapu arus banjir tersebut. Banjir bandang ini disebabkan oleh kenaikan debit air di daerah hulu (Pegunungan Halimun-Salak) akibat hujan. Oleh karena itu, meskipun cuaca di sekitar air terjun sedang cerah, namun jika di daerah hulu terlihat mendung, sebaiknya segera kembali ke tepian dan kembali ke perkampungan di atasnya.
This beautiful waterfall, unfortunately is dangerous for swimming. The water falls into large pool, which around 7,000 sq.m. large and has the depth more than 26 meters. This calm pool has strong turbulent current in the pool bed, which already took some unfortunate victims by pulling them into the depth. The other danger is sudden flood which local called it Caah. This greenish tosca waterfall will suddenly change color to dark brown and followed by huge larger amount of flood carrying mud, rocks, and trees. All big stone where we took our step will be drowned by this flood, and unfortunate victim usually has no chance to escape and swept away. So, for safety reason, if the upstream (Halimun-Salak Mountain) is seen to be rain/dark even very bright sunny at the waterfall, we shall imediately leave the waterfall and return to nearby villages
Akses menuju Curug Cilontar jika menggunakan mobil pribadi, dari pintu tol Bogor menuju arah Kampus IPB Dramaga, lalu ke arah Leuwiliang. Sekitar 500 meter setelah jembatan besar Sungai Cianten di Leuwiliang, belok kiri dan ikuti jalan utama pedesaan menuju daerah Curug. Mobil bisa diparkir di sekitar pangkalan “mobil odong-odong” Curug. Jika menggunakan GPS, koordinat Curug Lontar adalah 06°38’13” LS dan 106°38’18” BT. Jika menggunakan kendaraan umum, dari Stasiun Bogor, naik angkot 02/03 hijau ke Terminal Bubulak/Laladon, dilanjutkan naik angkot 05 biru Jurusan Leuwiliang/Jasinga, turun di pertigaan Kracak, lalu dilanjutkan naik mobil Odong-Odong jurusan Puraseda, turun di pangkalan desa Curug. Dari jalan desa, cukup bertanya pada penduduk sekitar jalan masuk ke arah Curug Cilontar, umumnya merupakan jalan pekarangan belakang rumah warga. Jalan turunan berupa tanah yang sangat licin bila turun hujan dan rawan longsor. Jarak jalan tanah menuju curug hanya sekitar 200 meter, namun kemiringan jalannya cukup menyulitkan. Sebaiknya membawa bekal makanan ringan dan air minum dari jalan desa karena tidak ada penjual makanan/minuman di sekitar air terjun. Di musim kemarau, kawanan monyet abu-abu dari hutan sekitar akan banyak berada di sekitar Curug Lontar. Jadi, jika sedang berkunjung ke daerah wisata Perkebunan teh Cianten, jangan lupa menepi sebentar untuk menikmati keindahan Curug Lontar/Cilontar.
Access to Curug Cilontar, if using own transport/rent, from Bogor exit Jagorawi highway, heading west to IPB Dramaga University, straight the main road to Leuwiliang. 500 meters after Cianten Bridge, turn left and follow main road to Curug. The car can be parked at nearby village. If using GPS, the coordinate of this waterfall is 06°38’13” S dan 106°38’18” E. In the case of using public transport, from Bogor train station, pick minivan no 02/03 green, to Bubulak/Laladon Terminal, then 05 blue to Leuwiliang/Jasinga. Ask to be dropped at Kracak junction, then followed by an Isuzu Elf to Puraseda/Cianten tea plantation fields, ask to be dropped at Curug. From village main road, we can ask the way to the waterfall to locals. The entry is the backyard of local's house. The path is slippery and has potential of landslide during rainy season. The distance to waterfall is just about 200 meters, but the slope will make a big challenge. It is recommended to bring own meals and drinks from above, because there will be no any stalls nearby the waterfall. Just a natural waterfall. In drought season, there will be many grey macaque monkeys from nearby forest. So if you are visiting Cianten tea plantation field, don't forget to pull over and enjoy the natural beauty of this waterfall