Babi Hutan Pulau Peucang, Ujung Kulon

Dermaga Pulau Peucang // Peucang Island Docks

Dari undangan jalan-jalan yang saya terima dari satu kelompok pejalan di forum, yang ternyata salah satu anggotanya adalah teman saya, maka pada libur lapangan ini saya memutuskan untuk mengikuti perjalanan tersebut. Tujuan perjalanannya adalah Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Perjalanan ini sudah dikoordinasikan dengan baik, serasa seperti mengikuti agen perjalanan. Transportasi, penginapan, izin, makan dan minum sudah disediakan. Meskipun sudah diingatkan, saya tidak meminum tablet kina atau pencegahan malaria apapun. Saya hanya membawa losion pengusir nyamuk dan sunblock, yang saya kira cukup efektif mencegah gigitan serangga. Lalu pada hari H, kami berkumpul di depan Slipi Jaya Mall. Titik kumpul ini dipilih karena memiliki akses langsung ke jalan tol Jakarta-Merak. Pada sekitar jam 21:00, kami memutuskan berangkat menggunakan bus umum ke titik kumpul kedua di Serang, tepatnya di depan Mall of Serang. Disana sudah terparkir mobil minibus sewaan yang akan membawa kami ke Desa Sumur lewat Pandeglang, yang terletak di koordinat 6°43'35"LS 105°30'58"BT. Disana kami sudah mempersiapkan kapal sewaan yang akan mengantar kami ke Pulau Peucang dan sekitarnya melintasi Teluk Ujung Kulon. Ujung Kulon sendiri adalah Taman Nasional dan area konservasi Badak Bercula Satu, sehingga wajib mengurus SIMAKSI terlebih dahulu. Untuk mengetahui cara pembuatan SIMAKSI Ujung Kulon, kontak BKSDA atau website ini. Penginapan disana juga terbatas dan kemping dilarang, sehingga kamar harus dipesan sebelum kedatangan kita kesana. Jika tidak memesan, bisa-bisa kita harus kembali ke Desa Sumur hari itu juga. Penginapan bisa dipesan saat mengurus SIMAKSI atau disini.

Foto Prewedding di Pulau Peucang // Pre-wedding photo session at Peucang Island
Sampai dengan selamat disini // Arrived safely here
Menikmati makan siang yang disediakan pengelola // Enjoying lunch provided by the cottage


It started when I've got invitation to join a trip of a traveler's group in the forum. One of the member was actually my friend, so during this field break, I decided to join them. The trip destination was Ujung Kulon National Park (TNUK). The trip had already well coordinated, just like using a travel agent. Transport, permit, lodge, meals, and drinks were already provided. Despite it was urged to do so, I didn't take kina tablet or malaria prevention whatsoever. I was just brought a mosquito-repellant lotions and sunblocks, that I thought quite effective to prevent of bugs bites. So then we gathered in the front of Slipi Jaya Mall as rendezvous point. This place was selected because it has direct access to Jakarta-Merak highway. At approximately 21:00 we departed using public bus to Serang, our second rendezvous point. Exactly, in front of Mall of Serang. There already parked our rented minibus ELF to continue our Journey to Sumur Village via Pandeglang, which located at 6°43'35"S 105°30'58"E. There we have coordinate with local boat services to carry us crossing Ujung Kulon peninsula to Peucang Island and nearby places. Ujung Kulon is indeed a National Park and conservation area for one horned rhinoceros, so we already got our entry permit (SIMAKSI). To know more about SIMAKSI Ujung Kulon, contact the BKSDA or this website. There is also limited number of cottage and camping is forbidden, so we have to book for the room a long time before our arrival. Failed to do so, you will return to Sumur Village the same day. The cottage can also be booked during signing up for SIMAKSI or here.
Sunset di Pulau Peucang // Sunset at Peucang Island
Pohon raksasa di Pulau Peucang // Huge trees at Peucang Island
Pohon di sisi paling tepi Pulau Jawa // A tree on the most edge of Java Island

Total waktu perjalanan saat itu adalah 1.5 jam Jakarta - Serang, dilanjutkan dengan 3 jam Serang - Desa Sumur, lalu 3 jam perjalanan laut Sumur ke Pulau Peucang. Di Pulau Peucang, terdapat hewan liar yang mudah ditemui seperti rusa, monyet abu-abu, biawak, elang, dan babi hutan. Mereka sepertinya sudah terbiasa dengan pengujung disini sehingga sering melintas di depan penginapan. Bahkan di pintu penginapan dipasang peringatan agar pintu selalu ditutup karena adanya monyet-monyet nakal yang suka mencuri barang-barang dari dalam tas. Di Pulau Peucang terdapat pohon-pohon yang berukuran sangat besar, seperti di Kebun Raya Bogor, yang berada di sekitar jalur trekking ke Karang Copong. Karang Copong adalah tempat dimana terdapat karang yang berlubang. Tidak ada yang spesial dari karang ini, namun yang membuat saya tertarik adalah terdapat laguna yang langsung berbatasan dengan selat Sunda dan Samudera Hindia, dimana di dalam laguna tersebut, karang-karang terlihat dangkal dan berair tenang sehingga banyak sekali ikan-ikan besar bersliweran di bawahnya, mungkin berlindung dari derasnya gelombang dari Samudera sana atau hanya mencari makan.

Babi hutan yang sering berkeliaran di sekitar pondokan // Wild boar that frequently wandering around cottages
Di sore hari, bisa bertemu rusa liar juga // In the afternoon, the reindeer is also wandering here
Himbauan menutup pintu karena monyet pencuri // The warning to always close the door due to bad monkeys
Bulu burung merak yang tadi terlihat di tempat saya berdiri // The feather of peacock that sighted at that location before it runaway

The time spent to Peucang Island is approximately 1.5 hours riding public Bus from Jakarta to Serang, continued 3 hours riding minibus from Serang to Sumur Village, then finally 3 hours on boat from Sumur Village to Peucang Island. In here, there were wild animals those easily sighted like reindeer, macaque monkeys, monitor lizards, eagles, and wild boars. They seems familiar with human presence here, even though they likely to walking by around the cottage. Even in the cottage's door, there were warning to always close the door, because the thieves monkeys that took our food and stuffs inside the bag. Along the trekking path to Karang Copong, there lives huge trees, like the one I always see in Bogor Botanical Garden. Karang Copong itself is just a barrier rocks that naturally had hole/tunnel in it. There's nothing special to me for this rock, but nearby that rock, there was lagoon that directly faced Sunda Strait and Indian Oceans. Inside the lagoon, the water is shallow and calm, compared with the sea surrounding, so there were many big fish wandering around escaping from the waves or simply find food.
Dermaga menuju Padang Cidaon // The Docks entry to Cidaon field
Menunggu banteng di Cidaon // Waiting for the wild bulls at Cidaon