Episode Blusukan Muara Badak, Bag.2 (Toko Lima)

Setelah sebelumnya mengulas Kecamatan Muara Badak, kali ini saya akan mengulas tujuan gowes saya berikutnya, yaitu Kampung Nelayan Toko Lima. Berhubung hari ini hari diabetes nasional, dan ada anjuran berolahraga, ya sekalian saja saya minta izin pulang cepat (alibi banget padahal tiap hari tetep gowes).
 
Kampung nelayan ini terkenal dengan hasil olahan lautnya, yaitu ikan asin. Sepanjang jalan terdapat tempat penjemuran ikan asin plus bau amisnya yang khas. Selain itu, daerah ini dikenal sebagai tempat membeli ikan segar dan udang-udangan, termasuk kepiting bakau. Mungkin saja restoran-restoran seafood di Bontang, Samarinda, dan Balikpapan membeli pasokan ikan segar dan udang-udangan dari sini. Selama saya mengamati aktivitas bongkar muat ikan dari kapal ketinting sore ini, yang terlihat hanya ikan bandeng dan ikan campur kecil-kecil untuk dibuat ikan asin.
 
Di perjalanan pulang saya melihat seorang bapak dan anaknya keluar dari rimbunnya bakau rawa dengan kakinya yang berlumpur. Di tangannya, terikat dengan rapi kepiting-kepiting bakau ukuran besar (kira-kira sekilo dua ekor). Kelihatannya baru saja panen jerat kepiting nih.
 
Daerah Toko Lima kemungkinan adalah kampung nelayan tertua di Muara Badak, karena disebut dari salah satu versi cerita asal muasal Muara Badak. Konon, seorang penjelajah Bugis keturunan Raja Bone, bernama Ismaila pada tahun 1806 datang menghadap ke Sultan Kerajaan Kutai Kartanegara untuk meminta sebidang tanah di pesisir. Sultan dengan senang hati memberikannya dan memintanya memilih sendiri daerah yang disukainya. Ismaila langsung jatuh hati pada daerah muara sungai Mahakam. Dengan menyusuri sungai tersebut ke hulu, sekitar 2 km dari muara, akhirnya sungai menjadi terlalu rapat untuk dilalui. Ismaila turun di tempat itu yang kini merupakan daerah Toko Lima. Perjalanan dilanjutkan ke daratan dan Ismaila akhirnya memilih dataran tidak jauh dari tempatnya berlabuh. Tempat tersebut banyak ditumbuhi tanaman tampura badak, sehingga akhirnya dinamai Muara Badak.
 
Asal mula nama Toko Lima sendiri saya tidak tahu. Mungkin dahulu hanya ada lima toko di daerah ini. Yang jelas, dermaga yang sudah rebah sebagian harus diperbaiki agar roda ekonomi desa ini tetap berjalan (update Maret 2014, dermaga ini sudah tenggelam, sisa satu bagian jetty dekat perkampungan yang biasanya untuk bongkar muat ikan)

Wilayah tepian sungai Toko Lima
Disclaimer : Sumber sama dengan cerita sebelumnya. Jika ada kekeliruan silakan komentar dengan bukti yang valid. Jika terbukti valid, penulis dengan senang hati akan merevisinya.