Tes Foto Makro Olympus TG-3 iHS

Berhubung kamera underwater saya rusak di Derawan, maka saya mencari penggantinya. Kamera sebelumnya, yaitu Intova IC-12 adalah kamera poket yang ringan dan dilengkapi casing underwater yang didesain khusus untuk kamera tersebut, bahkan menjadi satu paket dengan kameranya. Kamera buatan Hawaii itu sudah menemani saya dalam 3 tahun terakhir dan mengabadikan "momen-momen basah" (istilah berbahaya) dengan cukup baik. Sayangnya kameranya rusak (lebih spesifik layar LCD menyala tetapi ada garis hitam mengganggu, dan baterai "hamil"), sedangkan casing underwater-nya masih baik-baik saja, jadi tetap saja tidak bisa dipakai. Sayangnya tidak ada kamera yang bisa dipakai untuk casing underwater itu, sehingga, ya mau tidak mau harus mencari kamera baru.

Setelah ngulik-ngulik internet dan toko kamera, pilihan saya jatuh pada Olympus Tough 3 (TG-3) yang terkenal karena generasi "Tough"-series nya. Soal kualitas gambar, ya so so lah, standar kamera poket, sensor cuma 1/2.3" jadi standar,, itu saja.. Yang membedakan adalah bukaan lensanya, dengan bukaan f2.0, dibandingkan rata-rata kamera underwater yang terkenal lambat f4 di bukaan terbesarnya, keunggulan ada di seri Tough ini. F2.0 adalah kategori cepat, tapi ada minusnya, nanti saya beritahu. Rentang fokal zoomnya juga lumayan untuk kategori kamera underwater, yaitu wide setara 25mm dan tele maksimum 100mm di format 35mm. Selain itu keunggulan yang dibenamkannya adalah ini kamera tough, tidak perlu casing saat dioperasikan di dalam air, tahan benturan, dan dilengkapi GPS, altimeter/manometer, serta wifi untuk kontrol jarak jauh dan transfer foto langsung ke smartphone. Fitur yang paling menonjol di kamera ini adalah hasil makro nya yang sangat luar biasa untuk ukuran kamera poket. Di mode makro ini diperkenalkan salah satu teknologi terdepan dalam dunia makro, yaitu focus stacking dan focus bracketing. Hal ini untuk memperluas detail saat memfoto makro dengan menggabungkan beberapa foto yang fokusnya diatur maju/mundur lalu digabung. Teknik yang sama juga dipakai di fotografi makro menggunakan dslr + lensa makro, dimana biasanya menggunakan bukaan sekecil mungkin lalu dikompensasi dengan flash. Fitur ring flash guide juga tersedia namun dijual terpisah, berbeda dengan Pentax seri WG dan Ricoh seri WG yang memiliki ring flash guide built-in. Namun hasil foto yang sudah cukup terang sudah bisa membuat foto makro yang menarik.

Berikut contoh hasil jepretan makro dari si TG-3 ini.

Jam tangan outdoor saya, Casio G-Shock GAC-100, hasil cukup detail bahkan debu di kaca jam bisa tertangkap
Putik bunga diabadikan dengan detail yang dapat dihasilkan dengan focus stacking
Seekor capung, post processing color balance agar menutupi bg yang ramai
Seekor lalat buah bertengger di daun
Seekor laba-laba rumah yang penasaran

Lumayan kan hasilnya?
Catatan : Semua foto binatang diambil hidup-hidup, kecuali bunga, karena bunga itu jatuh/gugur dari pohonnya.