Travelling

Exploring Indonesian's magnificent places is my passion

Mountain Bike

The most exercise I did during my free time

Photography

To capture the beauty of the places I've visited

Culinary

The other reason why I love to go traveling

Engineering

Because big dreams never come so easy

Moto-Adventure

Graze the road and enjoy the adventure from each and every miles

Seminggu di Derawan Part 1 - Akhirnya Sampai Tanjung Batu

Memanfaatkan mileage Garuda Indonesia, saya akhirnya berkesempatan mengunjungi Pulau-Pulau di sekitar Derawan lagi tahun ini. Formasi 4 orang dan rute tetap sama (via Berau), namun kali ini ada 2 orang wanita yang ikut. Kali ini rombongan perjalanan adalah Noha, Cempaka, Faiz dan saya sendiri.

Sambutan dari Ground Staff Bandara Kalimarau saat kami meninggalkan Bandara (photo by Noha)

  
Kami semua menggunakan maskapai Garuda Indonesia untuk semua perjalanan udara kami. Kami tiba di Balikpapan sekitar pukul 15:45 menggunakan Boeing 737-800 dan kemudian transit di Sepinggan. Lalu kami tiba di Kalimarau sekitar pukul 17:20 dengan Bombardier CRJ-1000. Lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 2.5 jam ke Penginapan pertama kami di Tanjung Batu, yaitu Penginapan Mega Buana (milik Pak Amin).

Penyu dan burung walet adalah simbol di depan gerbang Bandara Kalimarau
 
Perjalanan dari Tanjung Redeb ke Tanjung Batu dilakukan hingga gelap gulita. Supir kami Pak Bejo begiu lihai mengendarai mobil Xenia dengan kecepatan tinggi di jalan yang gelap gulita seperti ini, meliuk-liuk dengan akurat. Perjalanan selama 2.5 jam terasa lama sehingga kami sangat bersyukur tiba dengan selamat di Tanjung Batu.

Penginapan Mega Buana
 
Sekarang kami akhirnya bisa bersantai sejenak di Cafe The Pantai, dekat dengan Penginapan kami. Kami memesan menu ikan bakar dan cumi bakar. Cumi bakar yang membuat dongkol karena cuma 4 tusuk..

Nyoblos!, Sampaikan Aspirasimu

Tanda tinta untuk identitas pemilih yang sudah melaksanakan hak pilihnya

Hari ini adalah hari yang menentukan masa depan Indonesia, yaitu pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat (fungsi legislatif), yaitu DPR, DPRD tk.I, DPRD tk.2, dan DPD. Orang-orang ini yang mengesahkan peraturan yang berupa UU dan Perda, serta menetapkan anggaran negara dan daerah.

Saya mencoblos sekitar pukul 11:00. Sudah tidak mengular antriannya, namun terik matahari cukup membuat keringat deras mengucur. Saya tidak masalah dengan terik ini, justru ini yang saya cari daripada beberapa minggu ke belakang yang diguyur hujan. Besoknya pun saya akan memulai perjalanan laut seminggu ke Pulau Derawan memanfaarkan mileage Garuda Indonesia, jadi terik sekarang hitung-hitung latihan. 

Terdapat insiden yang membuat saya cukup kesal kepada panitia. Dengan dalih lipatan kertas suara saya tidak rapi, dengan seenaknya dia membuka kertas suara saya di depan umum lalu kemudian melipatnya kembali. Padahal kertas2 itu terlihat untuk ke kotak mana dari tulisannya, jadi sebenarnya tidak perlu dilipat serapi seperti awalnya. Saya merasa privasi saya dilanggar, terutama hak saya untuk merahasiakan pilihan saya. Tapi ya sudah terjadi ya bagaimana lagi. Mudah-mudahan panitia tersebut bukan fanatik partai tertentu yang menyasar orang tidak penting seperti saya untuk mengetahui pilihan politik saya. Tipikal kader/simpatisan yang tidak menghargai prinsip Pemilu yang LUBER, yaitu Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia. Jangan-jangan anti-simpatisan partai tertentu (ups !!).

Ya sudah, hak pilih saya sudah saya gunakan. Tanggung jawab saya sebagai warga negara yang ikut berperan aktif di politik sudah saya tunaikan. Sekarang saatnya saya menikmati makan siang saya di Restoran Sunda yang asri disini, Sup Ikan Nila Kelapa Muda..

Menghindari Car Free Day Bogor - Part 1 (Kebun Raya Bogor)

Car Free Day yang seharusnya menjadi ajang yang "hijau" di Bogor, malah lebih cenderung kepada Pasar Kaget. Seharusnya ruas jalan yang ditutup ini dinikmati warga dengan berolah raga atau jalan pagi menikmati udara pagi yang bersih. Namun yang terjadi adalah orang berjualan dimana-mana, meninggalkan sampah sembarangan dan terkesan kumuh, jauh dari kesan "hijau". Apakah hal ini salah? Menurut saya sah-sah saja, karena akhirnya terdapat ruang publik yang sementara bisa dipakai untuk warga bersosialisasi. Lantas, jika warga menginginkan ruang terbuka hijau untuk beraktivitas, kemana harus mencari? Santai... ini Bogor Masbro, bukan Jakarta yang dimana-mana adalah hutan beton dan mall. Untuk tujuan itulah serial tulisan ini saya buat.

Pemandangan pagi danau Kebun Raya Bogor

Pada seri tulisan kali ini saya mau memberi alternatif zona Car Free Day alias ruang terbuka hijau untuk beraktivitas, terutama berolahraga pagi. Untuk kali ini bersiaplah menambah kocek Rp. 14,000 untuk tiket masuk ke Kebun Raya Bogor. Jika mau bersepeda, silakan bawa sepeda dan ada tiket masuk tambahan untuk sepeda sebesar Rp. 5,000. Apakah sepadan? Sangat sepadan lho, buktinya sekarang semakin ramai Kebun Raya Bogor di pagi hari pada saat akhir pekan.

Lewat mana masuknya? Kan masih pagi? Memang loketnya sudah buka? Eits pertanyaan cerdas. Sekilas memang loket utama Kebun Raya baru buka mulai pukul 08:00 pagi, kadang jam 09:00, loket umum yang dimaksud adalah loket Kantor Pos Jl. Juanda, Pintu Utama Ramayana, dan loket Jl. Pajajaran. Di luar itu, ada satu loket bayangan, yang buka lebih pagi, yaitu tepat di sebelah pintu utama di kantor Etno-Botani Bogor. Di belakangnya terdapat tempat parkir motor untuk masuk Kebun Raya Bogor. Lewat sini, kalau pagi ada staff yang menjual tiket masuk ke dalam, atau kalau bawa motor sekalian parkir di sini. Tidak banyak orang luar Bogor yang tahu pintu masuk ini, mungkin warga Bogor juga cuma sedikit yang tahu.

Sebenarnya ada satu pintu lagi yang di depan Sempur, namun khusus pengunjung Cafe Dedaunan. Pintu ini sering saya pakai untuk akses keluar Kebun Raya, karena lebih cepat untuk menuju arah Air Mancur. Pintu di dekat Gereja Katedral kadang-kadang tidak boleh dilewati umum, padahal untuk keluar.

Berikut beberapa obyek yang pantang dilewatkan kalau kesini pagi-pagi.

1. Danau Kebun Raya Bogor.

Dari danau ini langsung terlihat Istana Bogor. Banyak bangku taman untuk melepas lelah sambil melihat matahari yang perlahan meninggi. Segarnya udara disini benar-benar nikmat.

Track melewati pinggiran danau Kebun Raya Bogor
Pemandangan langsung ke Istana Bogor

2. Jembatan Gantung

Rute ini sangat sepi di pagi hari, kadang masih berkabut. Terdapat mitos tentang hubungan pacaran yang bisa putus bila sepasang lewat sini. Saya tidak terlalu percaya pada mitos seperti itu, namun keajaiban jembatan ini menurut saya terdapat pada tanaman benalu yang bisa tumbuh di baja struktural jembatan ini tanpa akar yang menuju ke tanah. Artinya baja atau karat baja bisa menopang hidup satu tumbuhan. Ini baru wow.

Jembatan gantung
Tanaman benalu yang tumbuh dari baja dan karat

3. Taman Pancasila

Di taman ini terdapat air mancur dan jalinan tanaman yang ditanam dan dipangkas sehingga menjadi lambang garuda pancasila jika dilihat dari atas. Taman ini langsung menghadap ke lapangan Sempur. Saya sering menggunakan tempat ini untuk beristirahat sambil menikmati bekal sarapan.

Kupu-kupu yang tertarik bau pancake durian

4. Pohon Kalong

Pohon ini bukan tanaman khusus, namun hanya pohon tinggi yang dijadikan tempat istirahat kawanan kalong di siang hari. Kawanan ini suka berpindah-pindah pohon. Tidak setiap saat kita dapat melihat kawanan ini. Kebetulan akhir pekan ini, saya dapat melihat kawanan ini lagi.

Pohon kalong

(Update 6 Mei 2014)

5. Bunga Bangkai

Inilah ikon Kebun Raya Bogor. Bunga langka berbau tidak sedap saat mekar ini tidak setiap saat bisa dilihat disini. Minggu ini adalah masa mekarnya bunga yang berasal dari Pulau Sumatera itu. Selain Amorphopallus, bunga bangkai Raflessia arnoldi juga ada di sini dan mekar pada awal tahun silam. Sayang sekali saya melewatkannya karena masih bertugas di Kalimantan. Bunga yang menurut wikipedia sangat misterius pertumbuhan bunganya, mungkin setiap 3 tahun sekali, dan ketika mekar, bunganya hanya bertahan 3 hari sebelum akhirnya layu (terjadi penyerbukan). Ketika kesana (mungkin hari ketiga setelah mekar), sudah ada tanda sayatan kecil di dekat dasar bunganya. Mungkin sengaja dibuat oleh ahli botani disini untuk membantu penyerbukan.

Bunga bangkai Amorphopallus titanium Mei 2014

6. Kolam Teratai

Kolam teratai terletak di sebelah Cafe Dedaunan. Kolam teratai lainnya terdapat di Taman Pancasila, Danau Kebun Raya, Kolam kecil di antara Danau Kebun Raya dan Jembatan Gantung.

Capung merah di kolam teratai Kebun Raya Bogor
Kolam teratai yang sangat cocok untuk penghobi fotografi close-up atau makro

Sebenarnya masih banyak tempat menarik lain di Kebun Raya Bogor. Oleh karena itu, tulisan ini akan terus di-update.

Episode Blusukan Muara Badak, Bag.4 (Pangempang)


Setelah rencana gowes ke Marang Kayu sehari sebelumnya dibatalkan karena hujan, begitu dapat sore yang cerah, semangat gowes kembali membara. Namun undangan kali ini tidak banyak disambut seperti hari sebelumnya. Karena koordinator transport tidak ikut, terancam tidak ada mobil pengawal kalau-kalau terjadi sesuatu, misalnya sepeda rusak atau letih, terlebih jaraknya yang 30 km sekali jalan, atau sekitar 60 km pp.. Karena itu, kami-kami yang junior-junior di kancah pergowesan Muara Badak, memilih ikut gowes namun hanya sampai ke Restoran Apung, setengah jaraknya, atau hanya 18 km sekali jalan, atau 36 km pp. Tapi bonusnya kami bisa mampir dulu ke Restoran Apung dan makan seafood disana dan waktunya bisa lebih panjang.
 

Blue hour saat pesanan kami akhirnya terhidangkan

Berangkat pukul 17:15 dari kantor, kami tiba di Restoran sekitar pukul 18:00. Rombongan goweser senior langsung melanjutkan ke target mereka, terus ke arah utara. Saya segera memarkirkan sepeda di depan, namun karena sepi, maka sepeda kami parkirkan ke pelataran kayu-kayu dekat pondokan kami akan makan, di atas air laut yang sedang pasang naik. Cuaca saat itu sangat cerah dan kebetulan di tas camelback saya yang seyogyanya diisi air, malah saya isi dengan kamera DSLR. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan untuk menjajal landscape saat "blue hour" ini, sementara rekan-rekan goweser saya memesan makanan berupa satu ekor ikan bawal bakar dan 2 porsi udang serta nasi dan lalapan.

Waktu semakin malam, akhirnya pesanan kami datang dan kami habiskan makanan tersebut dengan lahap. Setelah makan, sepertinya rekan saya yang duo padang itu sedang curhat dengan bahasa yang membuat saya "roaming". Daripada garing, saya membayar ke kasir dan selama di bagian pelataran yang gelap, saya dibuat takjub bahwa langit sangat cerah dan dipenuhi bintang dan sedang bulan baru (bulan mati). Eksperimen membuat foto nightscene sepertinya ide bagus nih. Akhirnya, meskipun tanpa tripod dan cable release, saya menstabilkan kamera dan mengeset kamera untuk eksposure 15 detik, F.3.5, dan ISO 400... Yah, lumayan.. ngga fokus hahaha... Susah memang mencari titik fokus infinity karena titik jarak jauh sebagai acuan tidak ada dan mata saya yang agak minus. Lumayan lah, kebayang kan yang penting kan bagaimana nightscene-nya, hehehe.

Kamar pondokan di dekat gazebo kami makan


Lumayan meskipun baik FG dan BG jadi tidak fokus

Mitos Fotografi Makro Membalik Lensa Kit


Banjir.. banjir dimana-mana di Jakarta hari ini. Di luar pohon palem hias melambai-lambai diterpa angin dan hujan. Entah mau menyapa saya yang dibikin kelimpungan gara-gara ketinggalan pesawat kejebak macet, kejebak banjir, atau mau mengajak bermain hujan.. tapi sorry tidak bisa, saya agak flu. Lobby-lobby dengan CS garuda akhirnya saya diperbolehkan naik penerbangan berikutnya,, "for free", thanks Garuda Indonesia (atau arahan Pak Djoko M dari Dirjen Perhubungan Udara, anyway Thanks).

Tulisan saya kali ini tidak berhubungan dengan banjir, tapi malah berhubungan dengan hobi saya selain jalan-jalan dan bekerja (pencitraan sangat untuk yang ini), yaitu fotografi. Beberapa minggu diguyur hujan tiada ampun membuat saya harus grounded tidak kelayapan kemana-mana. Ke gunung berlari ku (tapi badai) ke pantai ku berlabuh (sama aja badai, gelombang tinggi). See? tidak ada tempat untuk seorang pejalan di musim cuaca buruk begini. Daripada nganggur dan mikir jorok, mending saya eksperimen dengan peralatan-peralatan fotografi saya yang jarang tampil, yaitu lensa kit 18-55mm f3.5-5.6IS dan prime 50mm f1.8. Mereka berdua tergusur oleh lensa tajam Tammy 17-50mm f2.8 non-VC.

Apa yang mau dilakukan dengan kedua lensa itu? Saya mau coba mengambil gambar makro seolah-olah menggunakan lensa khusus makro dengan membalik lensa (reverse focal). Opsinya adalah, membalik kit, membalik prime, kit terpasang prime dibalik, atau prime terpasang kit dibalik. Dari keempat opsi tadi, yang baru saya lakukan adalah kit terpasang prime dibalik. Dalam hal ini, prime yang dibalik berfungsi seperti close-up filternya (macro converter) Raynox dkk.

Step by step:
1. Pasang lensa prime ke body kamera, nyalakan ke manual (M) atau aperture priority (Av), lalu set aperture ke bukaan tertinggi (f1.8) fokus infinity. Tekan tahan tombol shutter biar ngefek, lepas shutter, lalu pencet tombol release lensa puter dikit (jangan sampai lepas), lock fokus dengan switch fokus ke auto, lalu matikan kamera dan lepas lensa. --> Tujuan : supaya lensa prime terbuka lebar
2. Pasang lensa kit, nyalakan kamera ke manual (M) zoom ke 55mm biar tidak vignetting, aperture kecil (f16), fokus manual, speed 1/125 - 1/400 tergantung eksposure, ISO ambil aja 800 - 3200, flash arahin dekat +1.3. Fokus lensa kit ke fokus jauh (kira-kira aja, tapi jangan infinity) kalo udah yakin, usahakan tidak menekan lensa depan kit terlalu dalam supaya fokus tidak berubah, lebih bagus lagi kalau lensanya ada focus lock.
3. Pegang lensa prime posisi dibalik, jadi depan ketemu depan, bisa juga dengan membeli coupler male to male plus step up filter (karena diameter lensanya ngga sama, 52mm dan 58mm, kecuali emang udah dari sananya/built in adaptor 52mm ke 58mm) Mulai hunting deh.
4. Fokusnya gimana? Ya kaya lensa prime saja, maju mundurin lensa sampai ketemu fokus. Dengan trik ini, DoF (kedalaman fokus) sangat tipis, kelemahannya disini, padahal kit sudah diset f16. Kalau bendanya kecil sih oke (kaya semut, lalat bagong, kutu, dll), tapi kalau bendanya besar seperti belalang kupu-kupu, bisa-bisa yang fokus cuma matanya doang. Dengan cara ini, kira-kira fokus didapat sejarak 2 buku jari telunjuk dari lensa (ya kurang lebih 30mm). Perbesaran yang didapat cukup menakjubkan, kira-kira di atas 1:1

Kalo mau serius dengan dunia makro ya harus modal sih, minimal satu set extension tube bertumpuk (third party kaya Mieke juga oke lah), sama close up filter (nah ini kudu yang bagus, kaya Raynox, tapi harganya 2-3 juta Men!!). Kalau lebih modal lagi ya beli lensa khusus makro, kalo serius bisa pakai yang spesialis makro MPE-65 atau yang legendaris 100mm f2.8L IS macro (buat yang pakai Nikon, atau yang lain, sorry ane ngga ada ilmunya sampai kesitu)

Kalau mau iseng-iseng kaya saya, ya bolak-balik lensa aja cukup sih, hasilnya juga lumayan bagus kok (kata sesepuh di forum fotografi)

lalat buah yang nangkring di daun Lidah Buaya