Langit biru cerah dan sedikit berawan menghiasi siang itu, termasuk matahari yang terik di atas ubun-ubun. Hari ini sebenarnya sudah masuk musim kemarau, bahkan sudah saya sadari sejak pendakian saya ke Gunung Rinjani dua bulan sebelumnya. Ajakan teman-teman semasa kuliah dulu untuk bermalam di Ranu Kumbolo saya setujui untuk ikut, karena selain reuni sejak 5 tahun setelah kelulusan, kunjungan terakhir saya 2 tahun lalu ke Oro-oro Ombo TNBTS, saya tidak berjumpa dengan padang bunga Lavender yang ungu membentang akibat terbakar habis oleh kebakaran hutan saat itu. Meskipun sebenarnya kecil kemungkinan untuk bisa menjumpai padang Lavender di musim kemarau ini.
The clear blue sky and sunny day accompanied our journey that time. It was already drought season here, that I realized from the last hiking trip to Mt. Rinjani two months earlier. But my friends invitation for spending the holiday by camping at Ranu Kumbolo, is very attractive, because it also celebrating 5 years after our graduation from beloved university. The last visit to Oro-oro Ombo was 2 years ago, but I unfortunately didn't met with the famous lavender field because they were burned to ash during wildfire. I realized that it was very little chance to meet them in drought season
Bunga verbena yang sudah kering karena kemarau // Dried verbena during drought season |
Tanaman Lavender yang dimaksud di tempat ini bukan Lavender sebenarnya yang bahasa latinnya Lavandula sp. , melainkan Verbena Brasiliensis vell. Bunga ini, dilihat dari namanya saja sudah kelihatan, kalau aslinya berasal dari sekitaran Brazil, di Amerika Selatan. Tanaman semak ini berbunga berwarna ungu, yang jika berada dalam kumpulan besar, mirip padang Lavender di Eropa pada umumnya. Tanaman ini bukan spesies alami Oro-oro Ombo melainkan spesies invasif/pendatang yang bibitnya mungkin dengan sengaja atau tidak sengaja tersebar oleh penjelajah asing pada masa kolonialisme dahulu. Sumber di dunia maya menyebutkan kecurigaan bibit bunga ini dibawa oleh ahli Botani yang tinggal di Nongkojajar, Pasuruan, di masa itu, yang gemar mendatangkan tumbuhan-tumbuhan asing dari luar negeri. Namun hingga kini, awal penyebaran tanaman ini di Semeru dan sekitarnya masih menjadi tanda tanya.
The lavender in this place actually was not the real lavender (lavandula sp.) instead it is the purple bush verbena flower (Verbena brasiliensis vell.). From the scientific name, we can conclude that it came from Brazil, Southern America. This plant has purple flowers, which in large group, it will produce a purple flower field that looked similar with Lavender field in European countries. It was not native plantation, instead it was invasive species that carried by colonialist a long time ago. Internet research for this matter, it said there was a suspicion that Dutch etno-botanist who was lived in Nongkojajar, Pasuruan, who had collection of flowers around the world, who purposely spread the plantation in Oro-oro Ombo. But until now, there still no evidences
Di Oro-oro Ombo, tanaman ini berbunga di musim hujan, dan ketika masuk musim kemarau, bunga-bunganya berguguran dengan sendirinya. Satu sumber menyebutkan bahwa masa mekarnya bunga tanaman ini adalah Januari hingga Agustus setiap tahunnya. Karena di musim hujan jalur pendakian ditutup, maka kesempatan menjumpainya adalah saat-saat jalur pendakian dibuka pertama kalinya di setiap tahunnya, yaitu di sekitar bulan Juni – Agustus. Beberapa teman jejaring sosial saya yang melakukan upacara Kemerdekaan 17 Agustus di Ranu Kumbolo, sempat mengabadikan lewat foto padang lavender yang ungu dan terbentang luas seluas 20 Ha di Oro-oro Ombo, atau seluas seperlima total padang rumput di Oro-oro Ombo. Sebenarnya inilah atribut spesial dari Oro-oro Ombo di jalur pendakian Semeru ini, karena padang rumput yang luas banyak terdapat di TNBTS, yaitu jalur Ayek-ayek, di bawah pertigaan Jemplang, dan Savana Bromo yang biasa dijuluki “Bukit Teletubbies”.
This plantation is blooming in rainy season, and when it comes to drought season, the flowers will fall. The most source said that the blooming period is January to August every year. Because the hiking track is closed during rainy season, the opportunity to meet this flower is when the hiking track is opened at the first time, usually June to August. My friend from social media upload a photo of their flag ceremony for Independence day in August in purple field, Oro-oro Ombo. The field is spread out 0.2 sq. km. or one fifth of whole Oro-oro Ombo savana. This field is a special attribute for Oro-oro Ombo savana, because there are few regular savana around this National Park, lets called it Ayek-Ayek tracking route, Jemplang junction, and Bromo Savana that popularly called Teletubbies hills
Akhirnya, seperti yang saya duga, saya tidak menjumpai sang “karpet ungu” ini di Oro-oro Ombo, karena sudah masuk musim kemarau. Padang rumput Oro-oro Ombo sudah menguning kecoklatan, kering kerontang. Hanya sebagian saja yang masih tampak kehijauan di sekitar Cemoro Kandang. Ya, tak apalah, toh setidaknya saya secara fisik bertemu dengan tanaman ini dalam keadaan berdiri tegak dibandingkan menjadi abu kehitaman yang saya jumpai dulu.
At last, as expected, I didn't met with the famous purple field in Oro-oro Ombo. Drought season dried out all flowers and plants into dark browns field surrounded by dry savana. The green zone was up ahead to Cemoro Kandang. Well, at least I met this plant intact, not like my previous trip where I met them as black ashes
Padang ungu Oro-oro Ombo sudah menjadi kecoklatan // Oro-oro Ombo's Purple field has already become brownish |
Mengenai Oro-oro Ombo
Oro-oro Ombo adalah dataran luas padang rumput di jalur pendakian Semeru, yaitu di antara Ranu Kumbolo dan Cemoro Kandang. Tepatnya, setelah kita mendaki Tanjakan Cinta Ranu Kumbolo, dengan menuruni bukit kita akan sampai di tempat ini.
About Oro-oro OmboOro-oro Ombo is a large savana that is also a hiking route to Mt. Semeru, exactly between Ranu Kumbolo and Cemoro Kandang. After climb up fenomenal slope route Tanjakan Cinta, walking down the hill then we will arrive in here.
Menuju ke sana
Jalur yang sama yang diceritakan di Ranu KumboloHow to get there
The same route as told in Ranu Kumbolo story
Abu tersisa Oro-Oro Ombu setelah kebakaran tahun 2011 // Oro-oro Ombo ashes remain after wildfire 2011 |