Travelling

Exploring Indonesian's magnificent places is my passion

Mountain Bike

The most exercise I did during my free time

Photography

To capture the beauty of the places I've visited

Culinary

The other reason why I love to go traveling

Engineering

Because big dreams never come so easy

Moto-Adventure

Graze the road and enjoy the adventure from each and every miles

Pusat Rehabilitasi Sang Primata Asli Kalimantan (Bag-1 BOS Samboja)


Pada September tahun ini, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi pusat rehabilitasi primata terbesar di dunia, Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation atau biasa disebut BOSF. Dalam rangka team building di kantor saya jadi bisa melihat seperti apa proses re-introduksi orang utan ke alam liarnya. Pada kesempatan ini, saya juga bisa menginap satu malam di Samboja Lodge, penginapan bertema alami yang berada di kawasan tersebut. Tempat ini berada di daerah Samboja, Kalimantan Timur, koordinat -1.050005N, 116.988816E. Di tempat ini dua satwa dilindungi yaitu orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus morio) dan beruang madu/sun bear (Helarctos malayanus euryspilus) yang mengalami perlakuan tidak alami, misal diperjual belikan, dipelihara, kehilangan tempat tinggal akibat eksploitasi hutan, dsb, akan direhabilitasi ke perilaku alaminya sebelum dilepas di hutan lindung. Di tempat ini, saya jadi teringat pada orang utan jantan liar yang tidak sengaja saya temui saat bekerja di Kalimantan.



Orang utan yang sedang direhabilitasi di Semboja

Fasilitas di Samboja Lodge sangat sederhana, sesuai dengan konsep “back to nature” nya, sehingga jika mengharapkan kolam renang, gym, TV kabel, spa, dan fasilitas resort lainnya… lupakan!!. Di sini fasilitasnya sangat mumpuni untuk pengunjung yang memang berniat mendekatkan diri pada alam, secara harafiah. Area lobby lodge langsung menghadap ke pepohonan hutan, apalagi jika menggunakan suite di tower paling tinggi, memiliki daya pandang luas ke area rehabilitasi orang utan. Di malam hari, suara orang utan jantan yang memanggil betina nya atau hanya memberi tanda daerah kekuasaannya membuat melewati malam disini seperti berada di tengah-tengah belantara Kalimantan sesungguhnya. Yang unik adalah setiap kamar di lodge ini tidak dipisahkan dinding dengan luar ruangannya, melainkan jendela kaca besar, berasa seperti di aquarium, tapi tenang, ada tirai kalau takut dengan gelapnya suasana malam di luar sana hahahaha. Tiap kamar dilengkapi AC, namun karena listrik berasal dari genset yang pas-pasan dengan kapasitas listrik lodge, sehingga saat pengujung penuh seperti saat itu, ada beberapa kamar yang AC nya tidak bekerja maksimal. Namun jika ingin totalitas seperti berada di alam liar, buka saja jendelanya dan turunkan kelambu di tempat tidur, maka kita akan merasakan udara dan suhu yang sama dengan yang dirasakan oleh satwa di area ini, udara khas hutan tropis Kalimantan, panas dan lembap, hehehe. Mengenai kualitas air, kadang air disini sangat keruh dikarenakan air yang ada di sini adalah air tadah hujan. Lagipula di alamnya sendiri di Kalimantan memang susah mencari air bersih, karena lingkungan di sini adalah cenderung payau/rawa-rawa.


Bersantai disini sambil melihat pucuk pepohonan di bawah, Elang Suite Semboja Lodge
Pulau Orang utan bisa dilihat dari sini, tinggal menggunakan teropong atau lensa tele superzoom


Berjalan kaki sekitar 5 menit ke bawah bukit dari lodge, terdapat pulau-pulau orang utan dimana mereka disimulasikan berada di lingkungannya. Disebut pulau karena orang utan diisolir tidak dengan menggunakan kerangkeng, melainkan sungai-sungai sehingga lebih alami. Disini orang utan jantan dan betina dipisahkan agar tidak ada bayi orang utan lahir dari pusat rehabilitasi ini, namun tetap saja bisa kecolongan. Di pulau ini, petugas secara rutin mengawasi dan memberi makan mereka dengan buah-buahan segar. Di sekitar sini juga terdapat klinik hewan, dimana terdapat batas pengunjung tidak boleh mendekat dikhawatirkan terlular/menularkan penyakit. Di pulau-pulau ini orang utan bebas berkeliaran dan diberikan rintangan-rintangan buatan dari tali tambang, drum, dan ban bekas yang menyerupai rintangan alaminya. Mereka bergelantungan, memanjat tiang, masuk ke drum, menggoyang-goyang pohon, dll. Selain orang utan, disini juga terdapat rehabilitasi beruang madu atau sun bear.

Pulau-pulau diisolasi dari daratan sekitarnya dengan penyekat alami, yaitu sungai
Di sisi lainnya terdapat perahu untuk petugas mengawasi dan memberi makan Orang utan


Halang rintang buatan seperti drum, tali tambang, dan ban bekas disusun sedemikian rupa menyerupai medan pepohonan di alam liarnya
Karena diperlakukan secara alami, orang utan juga memperlihatkan sifat alaminya, yaitu bersiap membuat sarang pada malam harinya.


Lokasi rehabilitasi beruang madu terletak lebih jauh, sekitar 15 menit berjalan kaki. Disini pada malam hari beruang madu dikandangkan, dan pada siang hari dibiarkan berkeliaran bebas di lapangan yang dikelilingi pagar kawat. Di lapangan tersebut dibuat rintangan-rintangan seperti di alam liarnya. Pada saat memberi makan, pengunjung bisa ikut membantu petugas menyebarkan makanannya yang berupa sereal dicampur madu, serta buah-buahan seperti nanas, kelapa dan pepaya, di lapangan yang nanti akan ditempati beruang-beruang madu tersebut. Arahannya, makanan harus ditempatkan/disembunyikan di lokasi-lokasi yang berada di rintangan agar mereka berusaha mengambilnya, misalnya di lubang pohon, di atas batang pohon, dll. Tujuannya untuk mensimulasikan bahwa mereka mencari makan di alam liarnya. Setelah makanan disebar dan disembunyikan, semua petugas dan pengunjung harus keluar dari lapangan itu, dan sekat pintu kedua lapangan dibuka. Beruang-beruang madu pun berlarian pindah ke lapangan yang sudah disebar makanannya dan mulai mencari. Beruang-beruang madu sangat mengandalkan penciumannya dalam mencari makanan, sehingga makanan yang tadi disembunyikan dengan mudah ditemukan. Dengan cakarnya yang panjang dan tajam, mereka dengan mudah memanjat melewati rintangan dan juga mengorek daging kelapa dari tempurungnya. Sama seperti orang utan, beruang madu jantan dan betina selalu dipisahkan.


Area konservasi Beruang Madu/Sun bear
Makanan beruang madu mayoritas adalah buah-buahan, namun ada juga sereal, dan madu
Tingkah laku beruang madu disini beberapa masih terlalu akrab dengan manusia karena sebelumnya menjadi hewan peliharaan atau atraksi sirkus
Cara memberi makannya adalah menyebar makanan di rintangan area 2, dimana area 1 terdapat beruang madu yang diliarkan. Pada saat jam makan, beruang madu tersebut sudah menunggu untuk pindah area melalui pintu gerbang kecil.
Menyimpan makanan harus dibuat sulit sesuai kondisi mereka mencari makanannya di hutan
Termasuk mengasah kemampuan beruang madu menemukan madu di lubang pohon ini

Beberapa kilometer dari lodge terdapat kantor BOSF. Jalan menuju kesana berupa jalan paving block yang makin jauh ke tengah hutan. Di kantor ini terdapat pagoda atau menara pandang yang tingginya melebihi yang ada di lodge. Posisi kantor ini tepat di puncak bukit, dan dengan menara setinggi ini, kita dapat pandangan 360 derajat ke hutan konservasi ini dengan sangat luas. Tapi buat yang lagi galau jangan naik kesini ya.. Untuk bisa naik kesini tentu saja harus izin orang kantor disana dulu, karena akses masuknya berada di dalam gedung kantor.


Pemandangan 360 derajat dari menara pandang yang berbentuk seperti Pagoda di kantor BOSF Semboja

Teluk Peninsula Island Nusa Dua Bali

Nusa Dua Peninsula Island

Setiap kali berkunjung ke Pulau Bali, pasti di pikiran saya adalah gaya backpacker, menginap di Kuta, Gang Poppies, atau Legian. Pada kesempatan kali ini, saya mendapat kesempatan untuk menikmati sedikit sisi kemewahan dari Pulau Bali ini, yaitu saat konferensi internasional di Nusa Dua. Karena lokasi Konferensi kebetulan di Nusa Dua Convention Centre, saya sebagai delegasi kantor diperbolehkan untuk menginap di salah satu hotel di Nusa Dua, kawasan yang terkenal akan fasilitasnya yang mewah dan menjadi lokasi yang paling sering dipakai untuk berbulan madu. Namun  tetap saja tingkat fasilitasnya dibatasi oleh posisi saya yang masih staff hehehe, lumayan lah, mencari hotel bintang 4 di sana sangat mudah. Akhirnya pilihan jatuh di Hotel Mercure Nusa Dua. Lumayan jauh dari lokasi konferensi, namun lebih tenang dan jauh dari deru jalan raya. Mengenai harganya, ternyata tidak jauh berbeda dengan di Jakarta atau kota-kota besar lainnya, siapa sih yang menebarkan mitos harus mahal kalau di Nusa Dua? ya ternyata sih memang hotel ini di luar pagar Kawasan Resort Nusa Dua hahahaha pantas saja, yang penting masih dekat Nusa Dua.Teman-teman saya yang senasib masih selevel (masih staff) seperti saya menginap di Santika, dekat dengan jalan, minusnya suara lalu lalang kendaraan pasti terdengar dan tidak ada kolam renangnya. Yang lebih beruntung bisa menikmati hotel yang menjadi satu dengan tempat konferensi di Nusa Dua Convention Centre.

Elevated Pool Mercure Hotel Nusa Dua
Morning coffee di udara pagi Bali yang sejuk
Nyebur saudara-saudara?

Biar tinggal di hotel berbintang, tetap saja urat saraf backpacker saya tergelitik. Modal modus dengan resepsionis yang ternyata masuk giliran shift cowok (astaga! gagal modus), akhirnya dengan sedikit kena "mark up harga" kami bisa menyewa motor dari rental di dekat sini lewat jasa room boy. Ya lumayan juga karena saya tidak tahu sama sekali area sini, seakan daerah ini "haram" buat diinjak oleh backpacker (lebay). Karena SIM saya mati, saya dan teman sekantor menyewa satu motor saja untuk wara-wiri di Bali. Kali ini juga ternyata pengalaman pertamanya di Bali sehingga saya bisa menjadi navigator. Yang menarik, ada fasilitas hotel ini yang menarik, yaitu free shuttle menuju pantai Bali Peninsula Island di kawasan Resort elit Nusa Dua. Lumayan juga, menggunakan mobil travello, kami diantar bersama dua tamu wanita dari Korea. Sambil berusaha menerjemahkan maksud si duo Korea ini, kami menjelaskan ke sopir bahwa mereka mau minta dijemput jam 8 malam disini.. hellooo?? bagian mana dari kata shuttle yang ente tidak jelas? hahahaha. Lagipula jasa free shuttle terakhir jam 7 malam, jadi silakan cari transport sendiri kalau mau lebih malam dari itu.
Private beach Men! nyantai bebas
Gapura menuju taman Bali Peninsula Island
Patung Arjuna dan Kresna

Di Bali Peninsula Island Nusa Dua, konsep tempatnya mirip taman padang rumput kalau tidak mau dibilang mirip padang golf. Patung Tokoh Pewayangan Arjuna dan Kresna berdiri kokoh di tengah taman. Jika berjalan terus ke kanan, ada jalan masuk menuju Pura yang sayangnya terbatas untuk para penganut Hindu yang ingin melakukan peribadatan harus berbaju adat, selain itu tidak boleh masuk. Pura ini bernama Pura Dalem Bias Tugel. Pembicaraan dengan seorang gadis Bali yang selesai beribadat meletakkan sesajian di pinggiran pantai, katanya persembahan ini untuk Dewa Samudera, kalau tidak salah Dewa Baruna.

Puda Dalem Bias Tegel di Peninsula Island Nusa Dua Bali

Jika berjalan terus menyusuri jalan pelantar setapak, kita akan sampai di ujung karang yang langsung berbatasan dengan Samudera Indonesia. Di dekat situ ada lokasi halaman pelataran luas yang mengarah ke celah batu karang di bawahnya. Lokasi itu disebut Waterblow, dimana ombak samudera yang menghempas di karang sekitarnya, juga masuk ke celah ini yang fungsinya menjadi seperti corong yang sehingga pada ujung celah, energi gelombang laut difokuskan menghasilkan semburan yang seperti ledakan. Jika punya jantung lemah, sebaiknya tidak dekat-dekat area ini karena bunyi dentumannya cukup mengejutkan dan semburannya kadang cukup keras dan basah... ya iyalah air laut. Sayang saat itu laut sedang surut sehingga dentuman ombak hanya berupa cipratan.
Waterblow Peninsula Island

Selain ke Bali Peninsula Island, saya mengunjungi tempat favorit saya kalau ke Bali, yaitu foodcourt seafood tepi pantai di Jimbaran serta ngopi-ngopi sunset di sisi Pura Batu Bolong Pura Luhur Parahyangan Tanah Lot. Ah, andai konferensi seperti ini sering-sering diadakan di pulau ini.

Jimbaran seafood foodcourt
Salah satu menu ekonomis yang ditawarkan, paket seafood yang terjangkau, berisi ikan bakar, cumi, kepiting, scallops, udang, nasi, kentang, dan sayur plecing kangkung
Keramaian Pura Luhur Panataran Tanah Lot
Bukan ngiklan lho, tapi kebetulan kopi yang ada cuma itu hahaha