Travelling

Exploring Indonesian's magnificent places is my passion

Mountain Bike

The most exercise I did during my free time

Photography

To capture the beauty of the places I've visited

Culinary

The other reason why I love to go traveling

Engineering

Because big dreams never come so easy

Moto-Adventure

Graze the road and enjoy the adventure from each and every miles

Penambang Belerang, Gas Vulkanik, Dan Danau Pelebur Baja

Saya teringat beberapa bulan lalu, saat penerbangan ke Bali dari Sidoarjo. Saat itu cuaca sangat cerah, dimana di penerbangan yang singkat tersebut, saya yang duduk di kursi dekat jendela, terus melacak daratan di bawah, untuk menguji kemampuan geografis saya. Sampai suatu ketika pandangan saya terpaku pada pemandangan satu gunung berbentuk kerucut sempurna dengan asap membumbung dari kawahnya yang berwarna merah menyala. Tidak jauh dari situ terdapat danau luas berwarna hijau tosca yang langsung saya kenali sebagai Kawah Ijen. Rasa penasaran itu saya bawa sampai ke hotel di Bali. Sambil tiduran di ranjang yang agak keras, saya mencari info mengenai gunung ini. Dari ketiga gunung yang mengapit Kawah Ijen, saya yakin 1,000% kalau gunung berpijar yang saya lihat dari atas pesawat adalah Gunung Raung.
I remembered a few months ago, during my flight to Bali from Sidoarjo. The sky was clear, while looking outside the airplane window,  I tracked the ground below and tested my own geography knowledge. Until one time I saw a summit, a perfect coned shape, with its incandescent crater releasing a large amount of smoke, but I don't know anything about this active volcano. Nearby, I saw a tosca green large lake with smokes from its corner, that I could directly recognized it as Ijen Crater. This curiosity still accompanied me to the hotel in Bali. While relaxing on the couch and browsing using hotel's wifi, I was looking for any information about that mount. From three mounts nearby Ijen Crater, 1,000% sure it was Raung Mount. Then I promised myself will took a closer look. I will visit Ijen Crater
Kawah Ijen // Ijen Crater Rim

Sudah tiga bulan lamanya dan akhirnya sekarang saya sedang berada di Kaki Gunung Ijen, tepatnya di Pos Paltuding, kantor yang menangani kegiatan tambang belerang sehari-hari. Sudah pukul 05:00 pagi, artinya kami sudah terlambat untuk menyaksikan si Api Biru "Blue Fire" Ijen. Perjalanan menanjak sejauh 3 km sudah menanti saya.
Three months later, I visited Merapi-Ijen Mount for Ijen Crater. It was 05:00 am. that I already missed the phenomenal blue fire. The 3 km ascending track was waiting to be conquered
Kawah Ijen // Ijen Crater

Waktu tempuh ke pinggir kawah rata-rata adalah 2 jam. Dan 2 jam berikutnya saya disuguhi pemandangan yang sangat indah, meskipun di baliknya terdapat pejuang-pejuang keluarga yang mempertaruhkan keselamatannya untuk menghidupi keluarganya. Membawa pikulan dua keranjang penuh bongkahan belerang kuning 300m di dasar kawah, lalu dilanjutkan dengan 1.5km ke pos pengumpul, bukan pekerjaan yang kebanyakan orang mampu melakukannya. Lapisan otot yang mengeras di bahu mereka memperlihatkan betapa keras hidup para penambang ini. Danau Kawah Ijen sendiri bersifat sangat asam, yaitu dengan pH sekitar 0.5, sudah kategori asam kuat. Sangat kecil kemungkinan selamat jika sampai tercebur ke danau tersebut. Karena itu ada batas-batas zona bahaya untuk menghindari bahaya terperosok ke dalam kawah. Untuk mendapat pendapatan lebih, para penambang membuat kerajinan dari batuan belerang murni. Namun di balik keindahannya, belerang adalah belerang. Selain berbau busuk, belerang murni sebenarnya beracun untuk tubuh, bahkan untuk sekedar terkena kulit. Untuk digunakan sebagai antiseptik saat mandi, sabun antiseptik pun memiliki kadar belerang yang kecil.
The time required to reach the crater rim is approximately 2 hours for most people. The scenery was beautiful but behind this beauty, there were many workers that risking their life to feed their family. They brought two basket full of pure solid sulfur from the crater below up to crater rim 300m ahead then down the sandy track 3 km to Paltuding gathering station. The hardened skin on their shoulder revealed how hard their work. The Lake itself is a pool of strong sulfuric acid with pH approximately 0.5. A miracle if someone accidentally get into the lake and survived. That is the reason the safety perimeter was deployed by the warning sign around the rim. The gas also poisonous if breathed directly and causing someone to lose consciousness. To get extra earnings, the miners sell the souvenir made from sulfur casts. Pure sulfur actually is poisonous and produce strong odor. That sulfur rock can't be used as antiseptic soap, because the use of sulfur in antiseptic soap is in a little concentration and scientifically measured
Beban penambang belerang // The load Sulfur miners carried

Mengenai Kawah Ijen
Kawah Ijen berada di antara Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso. Sebenarnya masuk kategori cagar alam, namun sudah dieksploitasi sebagai obyek wisata. Ventilasi gas vulkanik yang membawa belerang cair dari perut bumi, dialirkan ke kubangan lalu dibiarkan beku. Batuan belerang tersebut dipecahkan menjadi bongkahan-bongkahan untuk diangkut.
About Ijen Crater
Ijen Crater located between Banyuwangi and Bondowoso. It actually reserved as Natural Conservation, but has been long exploited as tourist attraction. Volcanic gas vent that brought sulfur gas from the earth are condensed and streamed to the pools. The liquid sulfur then solidified, crushed into small pieces, then carried to gathering station.
 Danau asam sulfat berwarna hijau tosca // The tosca greenish sulphuric acid lake
Turis asing yang berkunjung ke Kawah Ijen // Foreign visitor at Ijen Crater

Menuju Kesana
Jujur saja saya tertidur saat perjalanan ke tempat ini. Jadi saya belum bisa memberikan petunjuk arah menuju kesana.
How to get there
Honestly, I don't have any idea the route my driver used to get there. I slept along the trip.
Rombongan perjalanan (foto oleh Saleh Hamid) // Traveler Group (photo by Saleh Hamid)
Kerajinan dari bekuan sulfur cair // Handycraft made from liquid sulfur cast

Laguna Cantik Pulau Sempu

Pada trip backpacker kali ini, berawal dari ide seorang backpacker cewek di grup backpacker ke Sawarna untuk melakukan petualangan panjang Papuma, Ijen, Baluran, yang akhirnya Papuma dibatalkan karena kondisi cuaca, sehingga menjadi Sempu, Ijen, dan Baluran. Pulau Sempu menjadi tujuan pertama perjalanan ini, karena paling dekat dari stasiun Malang. Dari Jakarta kami berangkat menggunakan KA. Matarmaja kelas ekonomi, perjalanan melelahkan selama hampir 18 Jam sudah dilewati dengan duduk di kursi kereta yang keras. Saya tidak bisa tidur selama di perjalanan karena para penjual makanan dan minuman selalu menawarkan jualannya di dalam kereta yang penuh. Seorang backpacker asal Wonogiri mengatur penyewaan minibus ELF yang akan kami pakai dalam perjalanan ini. ELF tersebut parkir di depan Stasiun Kota Malang Baru, dan tidak menunggu lama sejak kereta tiba di Malang, kami langsung naik ke ELF dan menuju Pantai Sendang Biru.
In this backpacker trip, it was started by the idea from female backpacker from previous group to Sawarna to do the long trip to Papuma, Ijen, and Baluran, which then Papuma was cancelled due to weather condition, so the trip destination was changed to Sempu, Ijen, and Baluran. Sempu island will be our first destination because it was the closest distance amongst other destination from Malang Kota Baru train station. We got here using Matarmaja train economy class, an exhausting journey on train for about 18 hours sitting on the hard passenger's seat. I couldn't barely sleep at all, because of the food and drink seller offering their goods inside the crowded train. A backpacker from Wonogiri organize our transportation along the trip, which was minibus ELF. The ELF was parked in front of Malang Kota Baru train station's exit. Without any delay, we directly get in on the ELF and went straight to Sendang Biru beach.
Laguna Segara Anakan di Pulau Sempu // Segara Anakan Lagoon in Sempu Island
Kami sampai di Sendang Biru pada tengah siang hari. Sebagian dari kami langsung mencari kapal nelayan yang biasa mengantarkan wisatawan menyebrang ke Pulau Sempu. Sebagian lainnya pergi untuk Shalat Jumat dan menyiapkan Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Setelah selesai istirahat, sholat, dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan menyebrang ke Pulau Sempu. Kami tidak membawa tenda karena kami merencanakan perjalanan pulang pergi. Tidak seperti pada tahun 2011 dimana saya dan beberapa rekan backpacker Sawarna memutuskan untuk menginap di Pulau Sempu dan tragisnya, kami terkepung badai dan gelombang tinggi sehingga kami terpaksa evakuasi ke daerah tinggi di Pulau Sempu pada tengah malam hari. Pada perjalanan ini, kami sudah melakukan perjanjian dengan pemilik kapal untuk menjemput kami sore nanti.
We arrived at noon at Sendang Biru. Some of us went searching fisherman's boat that usually picking up tourist to Sempu Island. Some others went for friday praying and then getting entrance permit into conservation area (SIMAKSI). After resting, praying, and taking our lunch, we continue our journey to Sempu Island. We didn't prepare to camp there overnight because we were planning return trip at Sempu. Unlike in 2011 where me and my fellow backpacker from Sawarna group decided to camp overnight at Sempu island which it turned to tragic evacuation in the midnight because of storm and huge waves. This time, we already made agreement with the boat owner to picked us at the afternoon.
Gelombang raksasa dan badai ketika saya mengunjungi Sempu di 2011, ketinggian hempasan ombak diperkirakan 50 meter // The huge waves and storm when I came to Sempu in 2011, The height of the splash approx. 50 meters

Tujuan target kami di Pulau Sempu adalah laguna-nya yang terletak di bagian paling selatan di Pulau ini. Laguna itu dinamakan Segara Anakan, nama yang sama dengan danau vulkanik di Gunung Rinjani. Untuk menuju kesana, diperlukan trekking selama 1.5 jam menyusuri bukit-bukit karang dan tanah lempung yang licin bila hujan. Waktu tempuh tersebut standar, diasumsikan istirahat secukupnya dan kondisi jalanan kering. Danau atau laguna tersebut akan terlihat indah saat hari cerah. Padahal pulau ini masuk kategori hutan lindung, namun tetap saja ada yang melakukan kemping dengan tidak mengindahkan peraturan di SIMAKSI, yaitu tidak merambah kayu-kayu untuk api unggun serta membawa kembali sampah ke Sendang Biru. Dengan mudahnya kami menemukan sampah disana dan beberapa tenda yang sudah didirikan beserta tumpukan kayu untuk api unggun. Ya sudahlah, akhirnya kami tiba di pasir pantai Laguna dan menikmati pemandangan. Saya dan sebagian lainnya mencoba untuk memanjat tebing tertinggi di sisi tembok pulau Sempu yang menghalau gelombang tinggi dari Samudera Hindia. Setelah menikmati pemandangan dari atas, kami bersiap-siap untuk kembali ke Sendang Biru.
The target destination at Sempu Island is its lagoon at the most southern part of this island. It named Segara Anakan Lagoon, the same name with the volcanic lake at Rinjani Mount. To get there, 1.5 hours trekking is required through sharp coral rocks and clay soil those very slippery if wet. The standard trekking duration of 1.5 hours will be attained if took enough rest and the track is not wet. The lake or the lagoon will be beautifully sighted in the clear weather. Although this Island belongs to conservation area, some irresponsible visitor camped here by violating the rules written on SIMAKSI, which notably are the ban of taking the branches for campfire and the rule to bring the garbage back to Sendang Biru. Well, we can't do nothing about it, so we enjoy the view of the lagoon at the sandy beach. Me and some others tried to climb the rocky hill at the outer side of Laguna wall, which separate the lagoon with the fierce waves from Indian Oceans. After we finished enjoying the sight from above, we prepare to return to Sendang Biru.
Pemandangan dari atas tebing // The view on top the cliff
Pemandangan tebing ke arah laut // The cliff view to the Oceans
Sisi dinding terluar yang berbatasan dengan Samudra Hindia // The outer side of the wall that directly aside with Indian Oceans

Tips : Jangan lupa membawa buah-buahan kesini karena akan sangat membantu dalam mengobati rasa haus dan memulihkan tenaga setelah trekking, terutama jika akan pergi bolak-balik.
Tips : Don't forget to bring some fruits here because it will help to re-hydration and recuperate the energy spent on trekking, moreover if the trip is round trip.
Apel Malang sangat cocok untuk dibawa sebagai bekal // Malang Apple is very suitable for the energy snack