Rasa Penasaran Tentang Derawan
Berawal dari halaman media sosial facebook seorang rekan kantor yang baru pulang dari perjalanan menyelam ke Derawan, saya menjadi cukup penasaran dengan tempat yang bernama Derawan. Bahkan catatan perjalanannya bertemu dengan siput laut (Nudibranch) di kedalaman Kakaban yang dimuat di majalah online Backpackin Magazine, serta cerita mengenai penyu berumur ratusan tahun, ikan manta, barakuda, bahkan hiu martil benar-benar menggelitik rasa ingin tahu saya mengenai Pulau apakah itu. Mengapa pulau itu seperti sangat spesial, sebanding dengan Wakatobi, Raja Ampat, Karimun Jawa, bahkan katanya melebihi keindahan di Pulau Pramuka? Dibandingkan dengan reportase teman-teman saya di Majalah Ransel mengenai Karimun Jawa, saya rasa keindahan alam Karimun Jawa pun tidak ada apa-apanya.
|
Saya, Hartoyo, Kiki, dan Havid |
Akhirnya saya membulatkan tekad, bahwa saya ingin ke Derawan pada libur lapangan saya selanjutnya. Saya pun mulai mencari-cari teman perjalanan, dan yang pertama kali saya cari adalah melalui grup backpacker "satu warna" yang ada di media sosial saya. Bagai gayung bersambut, ternyata salah satu anggota satu warna ada yang juga mencari teman perjalanan kesana, dia adalah Havid, anggota asal Balikpapan, Kalimantan Timur. Ketika saya menyatakan ikut bergabung, maka dimulailah petualangan kami. Tidak ada budget dan rencana, hanya kata-kata, siapkan saja uang cash sebanyak Rp. 2,000,000 dan tiket penerbangan pagi ke Berau. Beruntungnya saya, durasi perjalanan ini sangat pas, hingga di akhir perjalanan, saya bisa menghemat penerbangan bolak-balik Balikpapan-Jakarta-Balikpapan, karena saya langsung ikut jadwal pergantian crew ke lapangan. Jadi secara tidak langsung, saya menggunakan tiket pergantian crew yang diberikan oleh kantor, dan hanya menanggung tiket menuju Berau-nya saja. Oh ya, perjalanan kali ini, kami sepakat akan melakukan perjalanan Backpacker alias merakyat alias ngegembel.
Backpacker Pekerja Migas
Pagi itu, saya berangkat menggunakan pesawat Lion Air yang berangkat cukup pagi, yaitu pukul 06:15 pagi. Tujuannya agar saya sudah tiba pukul 09:00 waktu setempat di Balikpapan. Sesuai jadwal, saya tiba di Balikpapan dan langsung menghubungi Havid, dan diminta menunggu di depan pintu Terminal A Bandara Sepinggan di Balikpapan. Sambil menunggu waktu, saya melipir ke Terminal B dan membeli sarapan cepat saji ayam goreng CFC. Selesai makan, saya kembali ke Terminal A dan saya langsung mengenali Havid. Ternyata Havid adalah pekerja migas dari KKKS di Kalimantan Timur, yaitu Total Indonesie. Bersama Havid, sudah ada Mas Hartoyo yang juga pekerja migas dari GE-VGI (General Electric - Vetco Gray Indonesia). Saya sendiri bekerja di KKKS juga di Kalimantan Timur. Jadi jangan-jangan semuanya pekerja Migas? ooo belum tentu, kami masih menunggu satu orang lagi, dimana tiketnya sudah dipegang Havid. Saya tanya, siapa seorang lagi? dan ternyata dia adalah Kiki, teman kerja Havid di Total. Yeaaaaaah, jadilah tema kali ini backpacker pekerja migas melarikan diri dari tanggung jawab, eh, maksudnya dari kesibukan dan tekanan kerja.. hehehehehe..
Sambil menunggu Kiki, kami cek in duluan (dasar ngga kompak, hehehe), tapi kita coba-coba merayu agar tiket Kiki bisa di check-in kan, dan ternyata bisa hehehehe. Setelah check-in, kami keluar lagi, karena Mas Hartoyo belum tarik uang tunai di ATM. Di Derawan tidak ada ATM, jadi persiapan uang tunai harus disegerakan disini, kalau tidak mau repot di Berau nantinya. Setelah itu kami menunggu Kiki. Sudah masuk waktu boarding pesawat kami ke Berau, yaitu Batavia Air yang berangkat pukul 10:20, Kiki belum kelihatan, untung sudah check-in. Panggilan masuk pesawat sudah terdengar, dan akhirnya Kiki sampai ke Bandara Sepinggan. Kami langsung menariknya masuk dan mengejar pintu keberangkatan agar tidak ditinggal pesawat.
|
Bandara Kalimarau yang sederhana |
Pukul 12:40 kami mendarat di Bandara Kalimarau di Berau, Bandara yang memiliki landasan yang unik, karena begitu pesawat mendarat sampai ujung landasan, pesawat balik arah ke lokasi Bandara baru yang sedang dibangun. Disitu kami diturunkan dan sudah ada petugas pemeriksa bagasi. Ya Benar, bagasi kami langsung diserah terimakan disitu, tepat di bawah pesawat yang sedang dibuka kargonya (berasa di pedalaman, tidak ada conveyor pengambilan bagasi). Lalu setelah mendapat bagasi, kami menunggu hingga semua bagasi berpindah ke tangan pemiliknya. Lalu kami dijemput oleh semacam bis 3/4 yang dimodifikasi seperti angkot, kami duduk menyamping dan diantar ke Bandara yang operasional, yaitu Bandara kecil (kalau boleh tega, seukuran kantor pembayaran PAM di Bogor) di ujung lain landasan tadi. Terlihat disini halaman bandara sempit dan tidak memungkinkan pesawat jet Airbus tumpangan kami melipir kesitu. Kami menyempatkan berfoto di depan taman yang ada papan penanda Bandara Kalimarau di Berau.
|
Keindahan
Pulau Derawan (searah jarum jam) : Suasana di depan penginapan,
Penginapan apung, Elang laut yang banyak terdapat disini, Dermaga rakyat
yang berada di kompleks Derawan Dive Resort |
Setelah keluar Bandara Kalimarau, kami mencari tumpangan ke Tanjung Batu. Kata Havid, biasanya ada mobil Avanza yang mencari penumpang sewa ke Tanjung Batu. Tapi kali ini, tidak terlihat sama sekali, yang ada hanya calo-calo yang menempeli kami sejak keluar Bandara. Kami menuju mushala terdekat dan shalat Zuhur jama Ashar dan istirahat sebentar. Ngobrol-ngobrol dengan calo, satu avanza atau orang sini bilang Taxi, akan dimuati 5 orang, yaitu 1 depan, 3 tengah dan 1 belakang bersama tumpukan barang bawaan. Artinya kami tinggal mencari 1 orang lagi agar mobil bisa cepat penuh. Setelah sepakat, si calo tadi menelpon teman pengemudi taksinya yang berada di Kota Berau agar datang ke Bandara. Kota Berau (Tanjung Redeb) berjarak 30 menit dari Bandara Kalimarau. Sementara menunggu kami rencananya mau makan siang, tapi tidak ada apa-apa di sekitar Bandara. Akhirnya kami tidur-tiduran saja. Sejam kemudian, avanza yang ditunggu datang. Avanza berwarna biru telur asin, dan kami langsung menaikkan barang. Seperti perjanjian sebelumnya, kami menunggu satu penumpang lagi yang berarti menunggu kedatangan pesawat berikutnya (oh tidak). Akhirnya disepakati kami membeli satu kursi penumpang yang kosong tadi agar langsung berangkat. Hampir pukul 13:30 kami akhirnya berangkat. Karena penumpangnya cuma kita-kita saja, kami meminta Sopir untuk mampir ke Tanjung Redeb (pusat kota Berau) karena Kiki belum menarik uang tunai (plis deh ah!!). Sekalian makan siang, kami mengajak Sopir ikut serta. Sopir sih setuju saja, mumpung makan gratis. Di Tanjung Redeb, setelah mengambil uang tunai, kami makan siang dulu di RM Padang dekat dengan tepian sungai. Tampaknya sedang ada pekerjaan penguatan dinding sungai saat itu. Setelah makan, si Sopir cerita kenapa bisa satu jam baru sampa ke Bandara tadi siang, karena dia kehabisan bensin. Setelah mengantri di SPBU di Kota Tanjung Redeb, dia hanya kebagian sedikit saja dan tidak cukup untuk ke Tanjung Batu (whatt?). Kata dia, jangan khawatir, karena ada SPBU tepian sungai dekat depo Pertamina di tengah jalan.. saya balik tanya, kalau habis juga bagaimana? ya katanya kita menginap antri di SPBU itu sampai ada pasokan datang dari sungai (bujug ini orang sekate-kate nginep antri di SPBU seperti truk-truk di Kalimantan!).
Untungnya ada, kenalannya di depo itu sudah menunggu kami dengan beberapa jerigen penuh berisi bensin. Setelah mengisi bensin disitu, kami melanjutkan perjalanan ke Tanjung Batu. Perjalanan dari Bandara ke Tanjung Batu biasa memakan waktu 3-3.5 jam, tergantung cuaca dan kondisi jalan. Saat itu beberapa ruas jalan sudah habis menyisakan batu pondasinya dan tanah-tanah berlubang. Perjalanan kami juga sempat terhenti akibat kawanan kerbau-kerbau milik penduduk sekitar menyebrang jalan. Akhirnya pukul 16:00 kami sampai di Tanjung Batu dan diantarkan hingga ke Dermaganya. Cukup cepat juga ya, lebih cepat dari perkiraan. Disana sudah ada Taxi air yaitu speedboat yang akan mengantarkan ke Derawan, dimana satu speed berisi 5 penumpang (lagi?). Sepertinya dipaksakan mengikuti jumlah penumpang avanza kali ini boat.. Seperti tadi, akhirnya kami membayar satu kursi kosong itu agar tidak kemalaman ke Pulau Derawan. Perjalanan Tanjung Batu ke Derawan memakan waktu 1 jam dan pukul 17:00, masih sangat terang disana saat itu, kami segera menuju penginapan kami yang akan dipakai selama 3 malam. Penginapan ini harganya cukup murah, dengan fasilitas seadanya, yaitu satu kamar sempit yang pas 2 ranjang kayu kasur kapuk, menyisakan sedikit rongga untuk meja kecil dan tas ransel kami. Kipas angin tergantung, WC/Kamar mandi 2 buah bergabung dengan pemilik rumah, serta colokan yang cuma ada dua lubang.
|
Penginapan Derawan Lestari 2 |
Di penginapan itu, kami mulai nego mengenai kapal, alat-alat snorkeling, serta biaya masuk pulau-pulau tujuan ke Pak Haji pemilik penginapan itu. Setelah sepakat, kami memilih peralatan snorkeling untuk dicoba besok pagi. Lalu kami berkeliling ke Pos Angkatan Laut, lalu melewati kuburan keramat, balik lagi ke Penginapan lalu ke pelantaran melihat penyu yang menyantap daun pisang yang sedang diapungkan. Menjelang malam, setelah shalat magrib, kami keluar dan mencari makan di RM April. Menu ikan bakar yang sangat ramah di kantong dan sangat segar ikannya membuat kami puas dan kekenyangan. Tidak lupa malam harinya kami mampir ke jembatan pelantaran paling timur di Derawan Dive Resort untuk melihat anak-anak muda berkumpul dan memancing ikan. Kami sih ingin mencari penyu yang naik ke daratan untuk bertelur. Kata Pak Haji sih kalau mau mencari penyu harus lewat tengah malam. Namun karena lelah, kami ketiduran dan besok harinya kami mengejar matahari terbit. Tidak lupa dengan menu makan siang kotakan yang sudah dipesan tadi malam ke RM April.
Maratua Paradise Resort
Esok harinya kami mengejar matahari terbit di dermaga "rakyat" di area Derawan Dive Resort. Matahari tertutup awan tebal pagi itu, angin bertiup dingin, maka kami memutuskan kembali saja ke penginapan dan bersiap-siap. Sepanjang jalan kembali, lapangan voli di Derawan Dive Resort dipenuhi jejak-jejak seperti sesuatu yang besar dan berat diseret sepanjang pasir pantai. Di ujung jejak itu, terlihat lubang yang terlihat sudah dibongkar.. oh tidak, ini adalah jejak penyu dan artinya telur-telur penyu itu sudah diambil. Tidak lama kami bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai komunitas masyarakat disana yang melakukan konservasi penyu. Katanya telur-telur penyu itu dipindahkan ke tempat yang aman untuk ditetaskan. Syukurlah..
|
Jejak penyu yang seperti benda besar diseret, lubang di tengah lapangan adalah lubang telur-nya |
Pagi itu, setelah menghabiskan sarapan dan alat snorkeling sewaan yang sudah di tangan, kami diminta langsung saja menuju dermaga kecil di belakang RM April. Nasi kotak sudah diambil oleh skipper kapal kami pagi itu. Tujuan hari pertama hopping island kami adalah Pulau Maratua saja. Pukul 08:00 kami berangkat dan sekitar dua jam kemudian kami sampai di Pulau Maratua. Di Pulau itu kami merapat di dermaga Maratua Paradise Resort, sebuah resort yang harganya cukup menguras kantong ini terlihat indah dan nyaman. Kami berjalan menuju pentainya dan setelah berfoto-foto sebentar, lalu kami kembali ke kapal kami yang berupa kapal fiberglass bermesin tempel 40 PK. Kami melanjutkan untuk snorkeling di sekitar karang Pulau Maratua. Tidak terlalu bagus pemandangan di sekitar sini, karang yang sudah memutih tidak terlalu memberikan gambaran saya mengenai alasan mengapa Pulau ini dipuja-puja keindahan bawah lautnya. Memang sih, saat itu ikan koral yang ada disana sangat bermacam-macam dan berukuran relatif besar. Namun ikan-ikan itu pemalu dan tidak mau dichumming dengan remah-remah roti agar keluar dari persembunyiannya. Artinya ikan-ikan disini masih sangat alami dan tidak bergantung dari makanan pengunjung. Suatu nilai positif dari saya saat itu. Akhirnya tepat tengah hari, kami memutuskan mengakhiri snorkeling disana.
|
Kami mendarat di Pulau Maratua, tempat perkampungan nelayan |
Sebelum kembali ke Derawan, sang skipper meminta izin untuk mengirimkan titipan bungkusan dari Derawan ke kerabatnya di perkampungan nelayan Maratua. Kami merapat di suatu pantai yang entah dimana dikelilingi kebun kelapa dan tebing karang yang tinggi di belakangnya. Dimana kampungnya? setelah berjalan di pantai kami menembus kebun kelapa dan terpana pada tangga buatan penduduk dari batang pohon kelapa, menghubungkan pasir pantai di bawah dengan tepian tebing di atas sana, sekitar 20 meter tingginya. Dengan hati-hati kami memanjat tangga asal buat itu yang terdiri dari belahan batang kelapa yang disambung dengan tali sabut kelapa. Sangat tidak stabil dan reyot, sehingga setiap kami berpijak ke satu anak tangga, jalinan batang tangga itu bergoyang seperti akan roboh.
|
Snorkeling di Maratua |
Di atas sana ternyata ada tiga rumah penduduk yang kosong, mungkin sedang melaut. Ada jalan raya yang membuat saya penasaran, sampai kemana jalan raya ini. Apakah ada mobil disini, kok ada jalan aspal? kemana warga minum air di tanah karang begini, air kelapa? dan beberapa pertanyaan lainnya. Setelah beberapa lama, skipper tadi terlihat lagi dan mengajak kami kembali ke kapal. Dia turun dan langsung memanjat pohon dan mengambilkan kami air kelapa. Kami makan siang dengan bekal nasi kotak yang kami bawa dari Derawan. Disana kami makan bersama, dan minum air kelapa segar yang joss. Setelah makan siang kami kembali ke Derawan, namun karena masih siang, kami meminta melipir sebentar ke Pulau Gusung pasir. Di tengah jalan, saya melihat beriak air di perairan dekat kapal, sebagai tanda ikan pelagis yang sedang makan (feeding frenzy). Iseng-iseng saya menanyakan skipper punya alat pancing tidak? dan diiyakan si skipper. Lalu dia mematikan kapal lalu mengambil alat pancing berupa tali pancing, mata kail yang ditutupi bulu ayam berwarna merah, yang dililit di botol bekas. Tidak menunggu lama, saya yang tadinya duduk di depan bertukar posisi dengan di belakang, lalu mulai melakukan pancing trolling/tunda dengan umpan palsu bulu ayam. Sambil mengulur bulu ayam tadi, kapal bergerak sangat pelan melewati pusaran ikan pelagis yang sedang kelaparan di bawah. Benar-benar hebat, kami berhasil melewati pusaran itu tanpa membubarkannya, lalu terlihatlah ikan-ikan seperti ikan tongkol dan trevally memutari ikan-ikan kecil yang seperti ikan Sardin/Tembang. Saya menaruh harapan saya semoga ada ikan predator yang mengigit umpan itu, namun hingga akhirnya pusaran itu bubar dan kami berputar-putar sekitar situ, tidak ada yang kena. Akhirnya kami sudahi dan langsung kembali menuju Pulau Gusung.
|
Pos TNI Angkatan Laut Perairan Derawan |
Di Pulau Gusung, sesuai namanya, adalah hamparan pasir luas yang timbul jika air laut surut. Karena ketika kami datang, sedang dalam proses surut, kapal kami parkirkan agak jauh, agar tidak kandas. Disana kami cukup lama berfoto-foto ria dan menikmati hangat panasnya terik matahari saat itu. Saat kami akan pulang, kapal hampir saja kandas karena air laut surut. Dengan sedikit mendorong kapal dan menaikkan baling-baling, kami perlahan melaju kembali ke pantai Derawan. Dua orang dari kami duduk di depan sebagai pemberat agar baling-baling bisa dipakai mendorong. Karena masih sore, sedangkan perjanjian kami adalah hingga pukul 16:00, maka kami meminta skipper memutari Pulau Derawan, dan ternyata cuma sebentar saja kami sudah memutarinya, maka kami memutuskan memakai kapal itu untuk mencari penyu. Sambil kapal berjalan pelan, kami bersiap dengan alat snorkeling siap terjun ke air jika terlihat bayangan penyu di bawah, dan akhirnya berhasil.. kami mendapatkan penyu yang besar dan mengepungnya. Setelah seseorang dari kami berhasil memegang tempurungnya dan menahannya agar tidak kabur, kami mulai berfoto dengan
penyu yang bahkan lebih besar dari ukuran badan saya. Sang skipper pamit kembali ke rumahnya dan kami mengizinkannya. Kami akan kembali ke pulau dengan berenang.
Sore itu setelah mandi, kami berkumpul di teras homestay. Karena saya membawa laptop dan modem, kami langsung saling mengupload foto masing-masing ke cloud agar bisa langsung berbagi. Di sore itu, ada sepasang turis mancanegara yang kelihatannya tidak punya rombongan jalan, sehingga akhirnya meminta bergabung dengan rombongan kami. Namun kapal yang kami sewa adalah kapal kecil yang pas 4 orang, sehingga kami secara halus menolaknya.
Malamnya, kami kembali makan malam di RM April dan memesan nasi kotak untuk besoknya.
Pulau Kakaban dan Sangalaki, Kekayaan Bahari Derawan
Besok paginya kami melewatkan untuk mencari sunrise karena akan berangkat lebih pagi. Tujuan kali ini adalah Pulau Kakaban lalu dilanjutkan ke Pulau Sangalaki. Kami berangkat pukul 07:30 pagi dan tiba pukul 09:00 di Pulau Kakaban. Tidak ada loket maupun penjaga pintu masuk, namun biaya sandar dan masuk pulau sudah diurus oleh Pak Memet dari Derawan. Menaiki anak tangga, dan meniti pelantar kayu akhirnya kami sampai di danau yang luas berwarna hijau tosca. Kami kelihatannya adalah pengunjung pertama danau ini hari ini. Tanpa basa-basi kami langsung menceburkan diri ke dalam
danau ubur-ubur tanpa sengat yang hanya ada beberapa di dunia saat itu.
|
Nudibranch yang saya lihat di bawah dermaga Pulau Kakaban |
Pukul 10:00 siang kami berangkat dari Pulau Kakaban ke Pulau Sangalaki. Tujuan kami kali itu adalah untuk melihat kawanan pari Manta, namun saat itu kami tidak beruntung karena Manta tidak terlihat. Sebagai gantinya, kami diajak ke
coral garden di ujung dermaga/jetty Pulau Sangalaki yang lebat dengan soft coral. Anemon, gorgonian, dan hewan-hewan laut karang lainnya sangat banyak disini. Kawanan ikan bluefin trevally juga sempat terlihat disini, dimana mereka adalah salah satu predator ikan-ikan coral. Setelah selesai snorkeling, kami merapat ke Pulau Sangalaki untuk makan siang, namun karena air sedang surut, maka dermaga ini tidak bisa kami pakai karena terlalu tinggi, jadi kami akan benar-benar merapat ke Pulau Sangalaki. Namun air yang sedang surut juga menyulitkan kami untuk mendarat di pulau tersebut, sehingga kami harus turun dari kapal dan mendorong kapal hingga jarak yang cukup dari tepian. Setelah mendarat, kami diajak skipper ke pos pemantauan penyu yang dikelola oleh BKSDA dan WWF. Disana terdapat suvenir yang dibuat seperti kaos dan pernak-pernik dari kayu yang bertemakan perlindungan terhadap penyu, namun karena harganya mahal, dan saya pikir nanti juga ada di Pulau Derawan. Disini juga ada bak penetasan penyu dan beberapa penyu kecil atau Tukik yang akan dilepas nanti malam.
|
Pulau konservasi penyu Sangalaki |
Disini kami makan siang bersama di depan Sangalaki Manta Resort yang sedang dalam tahap pembangunan. Pukul 14:00 kami meninggalkan pulau tersebut dan kembali ke Pulau Derawan. Air yang sudah pasang memudahkan kami meninggalkan pulau tanpa harus mendorong-dorong kapal lagi. Di tengah jalan ke Derawan, kami menemukan feeding frenzy ikan-ikan pelagis, dan sama seperti kemarin, saya mencoba memancingnya dengan cara trolling/pancing tunda. Namun lagi-lagi tidak ada ikan yang didapat. Sampai di Pulau Derawan, masih sama, masih sangat terang, yaitu Pukul 16:00 kami memutuskan untuk mencari penyu lagi, namun tidak mendapat hasil. Akhirnya kami kembali ke penginapan untuk berkemas karena akan pulang besok paginya.
|
Kami mendorong kapal ke tepian karena air laut benar-benar surut saat itu |
Malam harinya kami makan malam di RM Dira dan saya terkejut dengan menu Kima atau tiram raksasa yang dilindungi, untung cuma jebakan. Lalu kami mencari suvenir-suvenir dari Derawan untuk keluarga. Harganya cukup mahal, sehingga saya menyesali tidak membeli suvenir di Pulau Sangalaki yang berlogo WWF itu. Setelah semua suvenir siap, lagi-lagi kami saling mengumpulkan foto dan menyimpan di cloud dan flashdisk masing-masing.
Kembali Ke Jakarta
Akhirnya selesai sudah perjalanan kami di Derawan 4H/3M itu. Perjalanan dengan budget backpacker akhirnya selesai disini. Kami akhirnya kembali ke Bandara Kalimarau untuk penerbangan pukul 14:00 siang ke Balikpapan. Di Balikpapan, kami akhirnya berpisah dan saya ikut mobil Hartoyo sampai ke Hotel di Balikpapan karena besok paginya saya akan crew change dan kembali bertugas di lapangan migas Kalimantan Timur.
Budget
- Tiket Pesawat pp. Balikpapan-Berau = Rp. 850,000 per orang
- Penginapan, Boat H+1, Snorkeling Set = Rp. 1,700,000 (4 orang) --> Kapal 1.2 jt
- Penginapan, Boat H+2, Snorkeling Set = Rp. 1,800,000 (4 orang) --> Kapal 1.2 jt
- Makan (total 4 hari) = Rp. 613,000 (4 orang)
- Mobil Kalimarau - Tg. Batu pp. = Rp. 700,000 (4 orang)
Biaya per orang, Rp. 2,053,000 start dari Balikpapan untuk paket 4H/3M sudah termasuk Pesawat.