Pantai Batu Hiu dan Batu Karas Pangandaran

Setelah seharian melakukan body rafting di Citumang, kami memilih area Pantai Batu Karas sebagai tempat menginap dan beristirahat sebelum melakukan body rafting di Green Canyon. Pantai Batu Karas yang terletak di -7.749799N, 108.501869E dipilih karena lokasinya paling dekat dengan lokasi basecamp operator body rafting Green Canyon, bila dibandingkan jaraknya jika kita menginap di Pantai Pangandaran. Tujuannya agar kami mendapat istirahat yang cukup dan tidak terburu-buru. Jarak antara Pantai Batu Karas dan Green Canyon sangat dekat, namun karena jalannya kondisi jalannya kurang baik, waktu tempuh menjadi cukup terulur. Kabar baiknya, saya lihat sudah ada beberapa ruas jalan yang sedang diupgrade menjadi beton.

Keindahan pantai Legok Pari Batu Karas

Sebelum menuju ke Pantai Batu Karas tempat penginapan kami berada, sebelumnya kami menuju ke Pantai Batu Hiu. Pantai ini disebut Batu Hiu, bukan karena banyak hiu berkeliaran seperti di Afrika Selatan.. bukan!. Melainkan adanya batu karang di laut yang terkikis karena deburan ombak sehingga menyerupai punggung ikan hiu. Entah karena imajinasi saya kurang atau memang salah melihat batu mana yang dimaksud, saya tidak menemukan satu pun batu karang yang berbentuk punggung hiu tersebut. Mungkin juga karena proses abrasi akibat deburan ombak ini terus berlanjut, jadi sudah tidak berbentuk hiu lagi. Anyway, pantai ini cukup teduh karena dikelilingi oleh pohon-pohon pandan pantai yang tinggi dan lebat, bukan pohon kelapa seperti pantai pada umumnya. Posisinya yang berada di ketinggian dibandingkan laut sekitar membuat kita seolah-olah berada di Pantai Selatan Bali atau Pantai Kidul, tapi versi KW nya hehehe. Oh ya, pintu gerbang menuju kawasan pantai ini berupa mulut ikan hiu yang menganga, jadi kita seperti ditelan oleh hiu tersebut. Sayangnya keberadaan pengemis di dalam lorong gerbang itu cukup mengganggu, terutama bila ingin narsis di depan gerbang hiu tersebut. Di dekat kawasan Pantai Batu Hiu, terdapat penangkaran penyu yang dikelola LSM setempat. Disini telur penyu ditetaskan dan ditangkarkan agar cukup besar baru dilepas ke laut. Ada beberapa yang cacat sehingga meskipun sudah besar, tetap dipelihara disini. Sepanjang garis pantai yang langsung ke lautan Samudera Indonesia ini merupakan area pendaratan penyu untuk bertelur.

Paviliun di Pantai Batu Hiu
Selain kelapa, pohon pandan pantai mendominasi pantai ini
Tugu yang menandakan Pantai Batu Hiu
Kembali ke Penginapan kami di Batu Karas, Penginapan kami berada di sekitar pantai nelayan Batu Karas, bukan pantai wisatanya. Penginapan kami lebih disebut villa atau rumah sewa karena memang satu rumah 2 lantai yang disewakan termasuk kamar mandi, dapur, dan ruang tamu. Hal pertama yang ingin dilakukan setelah sampai di Batu Karas adalah melihat sunset di pantai wisatanya yang disebut Pantai Legok Pari. Posisi Pantainya agak nanggung sih, karena menghadap ke timur laut, sehingga matahari terbenam bukan di garis horizon laut, melainkan di daratan, itu pun harus melihatnya dari atas bukit karang di sisi sebelah timur pantai ini. Yang istimewa dari pantai ini adalah pantainya yang dangkal namun mendapat ombak yang cukup besar dari Samudera Indonesia yang diredam oleh sisi timur pantai ini. Katanya sih, pantai ini paling cocok untuk peselancar pemula dan menengah yang ingin sekedar bersenang-senang. Untuk peselancar pro dan pecandu adrenalin berlebih, rasanya lebih cocok kalau ke Pulau Mentawai atau G-Land. Tidak heran banyak penginapan disini yang konsepnya adalah hotel peselancar, misalnya Java Cove dan banyak penginapan di sekitar pantai wisata di sini. Karena temanya adalah selancar, jangan kaget kalau pantai ini banyak bule nya, mirip-mirip di Kuta Bali, dimana mereka wara-wiri sambil menenteng papan selancarnya.
Pantai yang dangkal, dan ombak yang besar, konstan, dan panjang, surganya para peselancar
Pengunjung yang datang ke Batu Karas kebanyakan adalah peselancar


Di dekat pantai wisata ini, terdapat areal parkir dimana pedagang-pedagang suvenir dilokalisasi disini. Selain itu restoran-restoran ala barat, meksiko, Indonesia, dan seafood berjejer sepanjang jalan raya di tepian pantainya. Berbeda dengan di Pantai Pangandaran yang kurang tertata dengan baik, disini sangat tertata dan pandangan kita ke Pantai tidak terhalang oleh bangunan kios-kios. Mengenai harga, jangan khawatir, kejadian memalukan seperti harga tembak atau pemerasan kedai-kedai makan seperti yang terkenal di Pantai Anyer tidak terjadi di sini, namun harganya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan di emperan kaki lima (namanya juga tempat wisata). Kalau malam tiba, sering ada peselancar-peselancar bule yang mengadakan api unggun di tepi pantai. Disana kita bisa ikut bergabung dan berkenalan.


Pemandangan sunrise di sisi pantai Nelayan Batu Karas
Saat pagi buta adalah saat yang tepat untuk melihat sunrise/matahari terbit. Lokasi paling baik untuk melihatnya adalah di Pantai Nelayan, bukan di Pantai Wisatanya. Disini kita bisa melihat aktivitas para nelayan di pagi hari, termasuk para nelayan penjerat lobster yang banyak terdapat di karang dangkal sekitar pantai nelayan ini. Karena alas an itulah, pantai ini kurang baik untuk dipakai berenang karena tertutupi karang tajam. Saya menyebutnya pantai nelayan, karena sisi pantai ini merupakan area parkir kapal nelayan. Pada pagi hari, istri-istri nelayan mengantarkan para suaminya untuk melaut. Para nelayan dan masyarakat sekitar ramai-ramai mendorong kapal nelayan ke laut sebelum menyalakan mesin kapal menerjang ombak pantai, lalu melaju ke laut hingga tidak kelihatan lagi di garis cakrawala. Saya dan beberapa pengunjung dan bule-bule yang sedang lari pagi kadang iseng membantu mendorong kapal yang memiliki cadik tersebut. Sisi positifnya, meskipun pantai nelayan, namun pantai ini jauh lebih bersih daripada pantai-pantai wisata di Ancol. Sisi kearifan masyarakat lokal terbukti disini bahwa pada akarnya Budaya Indonesia adalah hidup harmoni dengan alam. Mungkin juga karena di sekitar sini tidak ada kios-kios masyarakat sehingga sulit menemukan calon-calon sampah seperti kemasan minuman ringan dan makanan ringan. Bagi saya, lari pagi di sepanjang pantai nelayan ini merupakan momen yang berkesan. Saat matahari sudah mulai agak tinggi, kapal-kapal nelayan yang mencari ikan semalam mendarat ke pantai ini. Melihat hasil tangkapan salah satu kapal, kebanyakan adalah ikan layur (Trichiurus lepturus) ikan kesukaan saya. Ikan-ikan ini langsung ditampung oleh seseorang yang saya yakini sebagai juragan kapal tersebut dan transaksi dilakukan saat itu juga. Sangat disayangkan kenapa hasil laut seperti ini tidak dijual melalui pasar ikan (TPI).


Masyarakat gotong-royong mendorong kapal nelayan agar bisa dipacu ke tengah laut
Transaksi ikan langsung terjadi bahkan ketika kapal baru merapat ke pantai


Ketika matahari sudah meninggi saya kembali ke penginapan dan bersiap untuk body rafting di Green Canyon, sekaligus berkemas karena kami juga meninggalkan penginapan tersebut dan pulang ke Jakarta. Sebelum pulang ke Jakarta, pada sore harinya kami mampir ke kawasan konservasi hutan lindung Pangandaran. Dipandu oleh petugas konservasi disana, kami mengunjungi kawasan hutan, goa-goa yang memiliki latar sejarah, dan yang memiliki latar mistis. Di ujung kawasan ini ada padang penggembalaan rusa dan kijang dan pantai timur Pangandaran, tidak nyambung juga melihat sunset di Pantai Timur Pangandaran, harusnya di Pantai Barat Pangandaran. Disana ada Bapak-Bapak Nelayan menawari kami jasa sewa perahunya untuk melihat sunset dari Pantai Pasir Putih dan berkeliling ke area snorkeling (sudah kesorean Pak hahahaha). Sebenarnya untuk menjelajahi kawasan ini seluruhnya harus dengan persiapan yang matang dan dengan pemandu yang berpengalaman, karena jalan paving dan aspal sudah tidak ada lagi, melainkan benar-benar masuk ke hutan belantara. Mungkin mirip dengan ekspedisi belantara di Taman Nasional Ujung Kulon. Katanya di ujung kawasan ini ada air terjun yang langsung jatuh ke laut.



Pantai Timur Pangandaran dilihat dari sebuah mulut goa
Sebelum benar-benar pulang ke Jakarta dengan perjalanan yang panjang, niat saya mencari oleh-oleh ikan asin jambal roti akhirnya saya urungkan karena saya lihat ikan asin jambal roti yang dijual masih dalam keadaan basah dan beberapa digerayangi belatung!. Harus hati-hati saat membeli ikan disini. Sisi positifnya, pastinya ikan ini bebas formalin, lah belatung aja bisa hidup hahahaha.


Umbi bunga bangkai Raflessia arnoldii yang masih belum mekar ada di Cagar Alam Pangandaran