Travelling

Exploring Indonesian's magnificent places is my passion

Mountain Bike

The most exercise I did during my free time

Photography

To capture the beauty of the places I've visited

Culinary

The other reason why I love to go traveling

Engineering

Because big dreams never come so easy

Moto-Adventure

Graze the road and enjoy the adventure from each and every miles

Episode Blusukan Muara Badak, Bag.5 (Transformasi Tanjung Limau)

Tanjung Limau adalah nama desa yang berbatasan langsung dengan operasi perusahaan migas VICO Indonesia. Daerah ini memiliki pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Pantai ini terkenal oleh penduduk sekitar karena perkebunan kelapa-nya. Kelapa muda segar dijual disini oleh penduduk setempat, segar, baru dipetik langsung dari pohonnya. Harganya pun sangat terjangkau. Akses jalan ke sini pun sudah diaspal beton hingga ke kedai kelapa tersebut, namun untuk menuju ke pantai, jalannya masih jalan tanah yang gembur saat hujan. Maklum, ini jalan inspeksi pipa gas, karena di pantai nya ada dua sumur gas yang masih berproduksi. Disini dulunya juga terdapat pelantaran kayu, namun sudah tidak ada dan menyisakan tiang-tiang penyangganya.

Semoga bisa tumbuh menjadi pohon yang kuat dan menghijaukan Pantai Tanjung Limau

Pantai di sekitar sini sayangnya berpasir kasar dan berlumpur, mungkin karena dekat dengan daratan yang cenderung berupa hutan mangrove. Di pantai Tanjung Limau sendiri, kondisi mangrove-nya bisa dikatakan sudah hancur. Banyak pohon tumbang yang tersapu dari laut kesini. Hal berbeda bisa dilihat di sepanjang jalan tepian pantai lainnya ke arah Bontang, hutan mangrove yang rimbun masih memenuhi tepian pantainya. Bahkan saya pernah melihat sekawanan atau satu keluarga kecil monyet hidung mancung proboscus atau yang biasa disebut bekantan, sedang mencari makan di sore hari, saat saya bersepeda ke jembatan KM 7. Sayangnya sudah dari hampir setahun yang lalu bersepeda ke tempat itu, kawanan ini tidak pernah terlihat lagi. Info dari driver yang juga penduduk lokal disini, belakangan ini kawanan ini kadang terlihat di hutan mangrove di sekitar SMPN 4 Muara Badak, sangat dekat dengan pantai Tanjung Limau (update 18/6, saya melihat sendiri kawanan bekantan di tempat ini hari ini). Terlihat kan? hutan mangrove adalah "rumah" alami bagi hewan-hewan disini, apalagi sekelas bekantan yang kini sudah menjadi satwa yang dilindungi.
Bekantan di daerah Tanjung Limau, Muara Badak
Proboscus monkey atau monyet bule atau bekantan, salah satu hewan langka dan dilindungi, terdapat di Muara Badak, hidup bebas di sekitar hutan Nipah dan Mangrove

Untuk itu maka bertepatan hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu, dan mungkin berhubungan juga dengan hari lautan sedunia yang jatuh pada 8 Juni, maka VICO Indonesia melakukan aksi penghijauan pantai dengan penanaman 6,000 bibit mangrove, bekerja sama dengan masyarakat sekitar, pelajar, dan pemuda setempat, serta diikuti oleh perwakilan pejabat dari pemerintahan dan kedinasan terkait (seperti kelautan dan perikanan, kehutanan, lingkungan hidup, dll), serta SKK Migas selaku pengatur kebijakan eksploitasi energi migas di Indonesia. Acara ini berlangsung pada hari Sabtu 14 Juni, dimana penanaman mangrove dilakukan saat siang hari. Tipe penanaman mangrove yang diselenggarakan kali ini sengaja dipilih siang hari karena metode penanaman mangrove yang dipakai adalah penanaman daerah surut. Penanaman daerah surut artinya bibit mangrove ditanam dengan menggali dan mengurug tanah galian (gaya menanam standar). Metode lainnya adalah penanaman daerah rendam, artinya bibit hanya diikat pada batang penyangga dan dibiarkan terendam sebagian dengan polybag dibiarkan, dimana bibit tersebut nantinya akan tumbuh dalam media polybag hingga akarnya cukup kuat mencapai dasar pantai.
Burung Kingfisher biru juga terdapat di Tanjung Limau Muara Badak
  
Saya ikut serta dalam kegiatan itu dan ikut menanam di sektor ujung kanan, dekat dengan posisi danau. Lumpur hitam sedalam lutut bukan halangan bagi saya. Banyak pemuda-pemudi yang ikut serta malah bermain lumpur dan berendam disana. Disini ada dua macam bibit, yaitu bibit yang sudah disemaikan terlebih dahulu (sudah ada batang dan daunnya), dan bibit yang berupa biji atau buah mangrove-nya. Saya kebetulan mendapat bibit mangrove semai. Karena ditanam di daerah surut, maka:
  1. Saya mulai dengan menggali lumpur hingga menemukan dasar yang berpasir.
  2. Lalu saya tancapkan batang penyangga hingga sedalam satu meter atau lebih. Jarak antar tanaman nanti sekitar dua langkah kaki lah.
  3. Lalu sebagian pasir di sebelahnya digali sedalam 20cm atau kira-kira setengah pergelangan tangan.
  4. Polybag saya robek sedikit agar ada kontak antara tanah polybag dengan pasir pantai, supaya bisa beradaptasi.
  5. Saya tanam dan dengan hati-hati saya kembalikan dulu lapisan pasirnya hingga agak padat.
  6. Lalu saya kembalikan bagian lumpurnya dan dirapikan
  7. Pohon mangrove-nya saya ikat longgar ke batang penyangganya.
  8. selesai
Bibit semaian pohon bakau/mangrove yang saya tanam
Pantai Tanjung Limau saat ini, dipenuhi mangrove

Dengan adanya penanaman bakau ini, semoga hutan mangrove kembali subur di sini, menjadi rumah bagi primata dan burung-burung eksotis, serta rumah bagi ikan-ikan kecil yang akan menjadi teman saya menyelam nanti. Minimal bisa menjadi tempat tujuan bersepeda yang indah.

Gallery












Istana Bogor Open 2014 : Istana Untuk Rakyat (ISTURA)

Agenda open house Istana Kepresidenan Bogor memang dilaksanakan setiap tahun, yaitu saat hari jadi Kota/Kabupaten Bogor yang jatuh setiap tanggal 4 Juni. Tahun ini, Kota/Kabupaten Bogor merayakan hari jadi Bogor yang ke 532. Awal mulanya tanggal 4 Juni sebagai hari jadi Bogor adalah saat Prabu Siliwangi diangkat sebagai raja Kerajaan Pajajaran, yaitu di tahun 1482 silam. Acara open house Istana Bogor kali ini bertema ISTURA, yaitu Istana Untuk Rakyat, yang diadakan pada 9 Juni - 12 Juni 2014, dilanjutkan tanggal 14 Juni 2014. Pada periode ini, masyarakat bisa datang mengunjungi Istana Bogor dengan gratis dan tanpa mengurus perizinan apapun. Cukup mendaftar di panitia Istura yang tersebar di beberapa tempat atau melalui harian lokal di Bogor. Namun untuk lebih praktis, sebaiknya langsung mendatangi panitia pusat di Kantor DPRD Kota Bogor di depan Gereja Katedral atau belakang Bank Mandiri Juanda. Sebenarnya di hari lain pun masyarakat bisa mengunjungi Istana Bogor dengan gratis atau tanpa biaya, namun perlu mengurus izin kepada Kantor Istana Kepresidenan terlebih dahulu.
Suasana Istana Bogor Open/Istura 2014
Tiket yang saya dapat
Saya mendaftar di hari pertama pembukaan, senin 9 Juni 2014. Saya terlalu muluk berharap begitu datang bisa langsung berangkat. Sebenarnya bisa saja, namun ketika saya datang, rombongan terakhir sudah diberangkatkan. Untuk informasi saja, keberangkatan terakhir adalah pukul 12:00 siang, saya datang terlalu sore, berharap supaya tidak kena terik panas bogor akhir-akhir ini. Jadinya saya mendaftar untuk hari ini (10 Juni 2014), pada pukul 10:00. Mayoritas pengunjung adalah pelajar dan guru, namun juga tidak sedikit mahasiswa dan masyarakat umum yang ikut hadir. Pegawai-pegawai kantor juga ada yang ikut, entah bolos atau entah izin dulu. Rombongan diberangkatkan tiap 30 menit. Saat itu di rombongan saya kebanyakan anak-anak SD berseragam lengkap (memakai topi dan dasi) serta guru-gurunya. Rombongan anak-anak tersebut dipersilakan berangkat duluan, disusul masyarakat umum. Oya, untuk bisa ikut, tiket pendaftaran harus ditukar dengan tiket masuk (istilahnya daftar ulang). Karena itu, harus tiba maksimal 30 menit sebelum jam yang dipilih, gunanya untuk daftar ulang dan mendengarkan arahan panitia.
Masuk lewat sini ya..
Terdapat peraturan jika ingin mengikuti program Istana Open ini, yaitu harus berpakaian rapi dan sopan. Dalam hal ini, penggunaan sendal tidak diperbolehkan, begitu juga kaos oblong dan celana jeans. Dianjurkan memakai kemeja dan menurut saya paling sesuai tema ya pakai batik. Namun aturan ini tidak ketat-ketat banget kok, buktinya tadi ada saja yang memakai kaos oblong plus jaket hoodie, bahkan cuma kaos saja. Tapi untuk memakai sepatu, jangan coba-coba, lebih baik memakainya.
Bagian depan Istana Bogor yang sering terlihat saat Car Free Day di Sempur
Masalah kamera, sebenarnya kamera dilarang dibawa ke dalam kompleks istana, baik kamera pocket maupun DSLR. Namun aturan ini masih kurang ketat pengawasannya karena ada saja yang berhasil menyusupkan kamera pocket ke dalam. Kalau kamera DSLR, jangan coba-coba dibawa karena pasti kena razia bagaimanapun anda menyembunyikannya, hahahaha (true story). Aturan ini masih longgar karena masih boleh membawa handphone. Saya sendiri membawa handphone dan saat masuk gerbang deteksi logam, handphone boleh lewat, namun kamera digital tidak boleh (makanya pinjam handphone yang kameranya bagus kalau mau kesini). Di dalam istana sendiri, hanya di bagian luar Istana kita boleh mengambil gambar menggunakan handphone. Di dalam Istana adalah zona dilarang keras memotret. Tadi ada saja orang yang nekat memotret dan menggunakan flash, lalu ketahuan dan handphonenya diambil beserta orangnya (nah lho), tidak tahu mau diapain. Khawatir kalau pakai kamera handphone hasilnya jelek, padahal jarang-jarang ke istana? jangan khawatir, di Istana ada panitia yang menyediakan voucher pemotretan baik keluarga maupun group. Terjangkau kok harganya, pakai fotografer profesional lagi.
Berpakaian batik lebih direkomendasikan, panitia pun segan karena kita sopan (seperti slogan di pangkas rambut, hehehe)
Mengenai tas, hanya tas kecil yang boleh dibawa. Tas ransel dan tas besar lainnya tidak boleh dibawa. Bisa disimpan di dalam mobil (kalau bawa mobil), atau bisa dititipkan di panitia. Batasan ukuran ini juga tidak jelas karena banyak ibu-ibu yang membawa tas selempang. Sebaiknya bawa yang kecil saja, misalnya tas selempang yang biasa dipakai menyimpan dompet dan handphone saja. Namun saat pemeriksaan, isi tas kita akan diperiksa, jadi jangan membawa yang aneh-aneh ya (termasuk spidol, saya lihat banyak spidol yang ditahan, mungkin menghindari aksi vandalisme anak-anak alay?). 
Bukti kalau hari-hari selain Istana Open, masyarakat juga bisa mengunjungi Istana Bogor dengan gratis
Mengenai makanan dan minuman, jelas-jelas panitia melarang membawa makanan dan minuman, mungkin karena menghindari masyarakat yang buang sampah sembarangan, atau ruang istana kebanjiran semut? Ya sebaiknya diikuti saja, toh nanti dibelakang istana ada kantin dan toko suvenir yang menjual makanan dan minuman serta suvenir-suvenir khas Istana Bogor. Hanya di area ini (dan area dekat kantor/pintu keluar) diperbolehkan makan dan minum, karena ada tempat sampahnya. Pintu keluar ini akan melewati bangunan museum dan perpustakaan istana yang sedang dibangun serta gereja Zebaoth di Jalan juanda.
Gaya arsitektur era kolonialisme pas untuk gaya fotografi b/w
Apalagi kalau ada keterangan tahunnya, siapa sangka foto ini diambil tahun 2014

Akhir Pekan Bersama Keluarga di Taman Safari Indonesia

Akhir pekan kali ini sebenarnya sangat spontan karena tidak sengaja saya lontarkan idenya. Ya, karena sudah terlanjur mengajak, sekalian dijadikan saja. Hitung-hitung kompensasi libur panjang harpitnas dalam seminggu ini (duet Isra Miraj dan Kenaikan Isa Almasih), keluarga saya tidak pergi kemana-mana. Padahal sehari sebelumnya kami berenang di Taman Air Marcopolo, namun saya belum merasa puas. Ya, jadi deh ditambah dengan mengunjungi Taman Safari. 

Ibu Primata

Kami berangkat pagi sekitar pukul 07:30 dari Bogor, via Jagorawi-Gadog. Namun keluar pintu tol Gadog, lalu lintas ke arah Puncak sangat padat. Sambil menjalankan aplikasi Waze, saya diarahkan ke jalur alternatif (kalau ada wazers lainnya, sapa-sapa ya kalau ketemu di jalan). Karena itu kami menyewa jasa ojek penunjuk arah ke jalur alternatif dengan biaya Rp.30,000 (nego bahasa sunda) plus pungli di hampir tiap persimpangan. Namun keputusan ini cukup menghemat waktu, dimana kami keluar setelah tanjakan Gadog, yaitu di dekat RM Sederhana. Lalu macet kembali di sekitar Wisata Taman Matahari. Lalu macet "kembali" hingga belokan Taman Safari, lalu lancar. Kami membeli wortel yang dijajakan disana. Biasanya, seikat wortel dijual dengan harga Rp.5,000. Namun dengan metode nawar bahasa native (sunda pisan), jadilah 8 ikat dihargai Rp.20,000.. deal!!. Setelah menepi sebentar untuk istirahat di dekat Indomaret, sekalian belanja snack dan minuman, saya tergiur buah pisang mas yang dijual di sepanjang jalan ini. Ya, saya tahu, pisang ini buat makanan satwa di dalam sana, tapi tetap saja saya juga pengen. Ketika saya tawar, si penjual membuka harga Rp.30,000 untuk satu tandan pisang berisi dua sisir. BUSET!!. Saya coba tawar, dengan harga margin atas di Kompleks, biasanya Rp.4,000 satu sisir, saya tawar Rp. 10,000 untuk dua sisir itu, tapi si Penjualnya tetap ngotot harga turun tapi tidak boleh kurang dari Rp.20,000. Ya gila, sesisir pisang mas yang kecil2 montok seharga Rp.10,000??? Ya keles.. Saya tidak mau menawar lagi, tidak jadi,,, hahahahaha. Setelah istirahat yang cukup, kami melanjutkan ke dalam Taman Safari. Tadinya mau stop dulu di parkiran dan makan bekal dulu menunggu antrial mobil yang mau masuk ke dalam, namun parkiran super penuh, dan petugas menyarankan untuk langsung masuk saja dan mencari parkiran di dalam nantinya.

Sedang Menyusui

Di gerbang, harga tiket masuk orang dewasa (di atas 6 tahun) adalah Rp. 140,000, tiket masuk anak-anak (0-6 tahun) Rp. 130,000, dan mobil Rp. 15,000. Setelah mendapat tiket dan menuju loket pemeriksaan tiket, kami berlanjut masuk ke area Safari. Bagi yang belum tahu, Area Safari adalah area dimana satwa-satwa dilindungi seolah-olah berada di alam liar tanpa batasan kandang. Kita masuk ke dalam kandang raksasa dimana semua satwa bisa hidup berdampingan tanpa batasan dinding kandang (kecuali satwa buas/predator ada gerbangnya sendiri nanti). Untuk itu, kondisi mobil harus dipastikan baik, karena kalau sampai mogok di dalam, atau ban kempes, ya harus sabar menunggu bantuan. Tidak boleh keluar dari mobil apalagi di kawasan satwa buas. Kalau kehabisan bensin, nah ini,,, depo bensin terdekat ada tidak jauh dari loket keluar Taman Safari. Kalau di dalam area Safari, area jualan bensin ada satu, itu pun di kawasan satwa buas, yang jualan harimau Sumatera,,, MAU?. Di area ini satwa-satwa relatif jinak bisa diajak berinteraksi. Di sinilah fungsi wortel yang sudah dibeli tadi. Satu persatu wortel diberikan ke satwa yang kira-kira herbivora. Sempat ketawa juga ada yang memberi berang-berang wortel (lu kira kelinci?). Tapi sebenarnya memberi makan satwa itu ada larangannya lho, tapi hitung-hitung membantu memberi nutrisi kepada satwa-satwa lucu menggemaskan itu, ya apa boleh buat (alibi). Tapi tidak banyak yang diberi ke satwa kok, dari 8 ikat wortel sampai gerbang satwa buas/predator, masih sisa 3 ikat untuk dibawa pulang ke rumah, lumayan buat bahan sop.

Curug Jaksa

Pada kunjungan tahun ini, hampir semua satwa sudah memiliki bayi satwa yang menggemaskan. Gajah, unta, kanguru, orang utan, siamang, bekantan, bahkan si gaboon yang galak. Begitu memasuki area satwa buas, ada satu harimau yang tampak agresif/gelisah dan berlari berlawanan dengan arus mobil. Kalau sampai melewati gerbang dan masuk ke area hewan jinak, bakal bagaimana ya jadinya? Mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Area satwa buas adalah bagian terakhir dari area Safari. Pintu keluarnya langsung menuju kepada bangunan utama serta wahana-wahana di Taman Safari. 

Wahana yang saya incar adalah Safari Trail Gajah, jangan dibalik, nanti jadi Gajah Ngetril, hehehehe. Tapi dasar peraturan yang kaku, yang saya dengar biayanya Rp. 125,000 per orang, ternyata memang benar, tapi minimal berdua (diskriminasi jomblo nih parah!!). Tiket wahana ini Rp. 250,000 untuk dua orang. Kalau bergabung dengan orang yang tidak dikenal mana seru? Apalagi durasinya 20 menit. Ya sudah saya skip, nanti saja jika sudah ada gandengan. Saya lanjut saja berkeliling, foto dengan bayi satwa (orang utan Rp. 20,000, hewan lainnya Rp. 15,000, tapi kamera sendiri), mengunjungi satwa-satwa di sekitar area sambil berjalan kaki, hingga akhirnya ke atraksi Cowboy Show. Atraksi yang sangat menghibur, namun sayangnya bentrok dengan atraksi burung pemangsa. Sebenarnya ada juga atraksi lumba-lumba, namun saya tidak terlalu tertarik dengan atraksi tersebut (pendapat saya lho). Saya juga baru tahu ada fasilitas berenang bersama lumba-lumba disana (masuk wishlist nih). 

Sang Gorilla pun pusing melihat tingkah laku para simpatisan partai/tokoh kita

Keluar dari atraksi koboi, saya tertarik dengan gerbang besar ala Jurassic Park yang memiliki penanda arah ke Air Terjun. Di bawah, tepatnya di depan wahana taman air, saya melihat penanda ini dan tertulis jaraknya 1.3km. Setelah kurang lebih berjalan 1 km, seharusnya air terjun itu sudah dekat, dan memang sudah dekat. Kata petugasnya tinggal 200 meter. Ya sudah, lanjut ke air terjun. Dan setelah berjalan 100 meter, saya menemukan penanda jarak 200 meter itu... oke, lanjut lagi sampai saya sampai di lapangan parkir tempat wahana kereta wisata berakhir disini. Disini banyak monyet liar, jadi jangan membawa makanan yang terlihat oleh mereka. Namun mereka tidak se-agresif monyet-monyet di Uluwatu Bali yang bahkan mencuri topi, kacamata, dan aksesoris lainnya (sudah kaya jambret saja). Sampai disini jalan mulai menanjak, mobil sudah tidak bisa masuk karena ditutup oleh portal. Sekitar berjalan 20 meter, gerbang masuk ke Curug Jaksa terlihat. Jalan mulai licin berlumut disini, jadi disarankan menggunakan sendal gunung. Air terjun Curug Jaksa ini tidak berair deras, dan air jatuh ke batu lalu mengalir ke sungai yang mirip paritan kecil, sehingga aman untuk bermain air disini. Sayangnya saya tidak membawa baju ganti, sehingga main air disini juga menjadi wishlist.

Sekitar pukul 16:30 kami memutuskan pulang ke Bogor. Menggunakan Waze, laporan kemacetan parah menghiasi jalan raya Puncak, padahal sudah diberlakukan sistem satu arah menuju Bogor. Mendapat laporan tersebut, agar tidak garing selama di perjalanan, saya membeli bekal cemilan di Alfamart pertigaan Taman Safari. Sesuai laporan, jalan raya Puncak padat merayap. Namun sistem buka tutup ini memudahkan perjalanan sehingga titik kemacetan cepat terurai, terutama setelah melewati Taman Matahari, jalan mendadak lancar.

Di bawah ini adalah dokumentasi satwa-satwa yang saya dapat selama kunjungan kesana.