Tips Memotret Bulan


Hari ini bukan hanya malam purnama biasa, namun terdapat fenomena astronomi yang populer dengan sebutan Supermoon. Supermoon sebenarnya adalah penampakan bulan yang secara visual lebih besar dari biasanya karena berada di jarak terdekat di lintasannya terhadap bumi, yang disebut perigee. Fenomena ini berulang hampir setiap tahun, atau tepatnya setiap 14 kali purnama. Supermoon berikutnya diprediksi akan jatuh pada tanggal 10 Agustus 2014. Momen ini adalah saat yang sangat tepat untuk memotret bulan. Memotret bulan sangat tricky dan membutuhkan pemahaman tentang segitiga eksposur, yaitu kombinasi sensitivitas (ISO), bukaan rana (Aperture), dan kecepatan rana (Shutter speed). Hal ini disebabkan metering, atau sistem pintar kamera untuk mengukur cahaya dan mengatur segitiga eksposur secara otomatis kebingungan akibat kontras yang tinggi antara bulan dan langit gelap sebagai latarnya.
That night was not the ordinary full moon, but the astro phenomenon that popularly called supermoon will take place. Supermoon actually is the day where the moon is visually larger than its usual size because it is in its nearest distance to earth, that scientifically called perigee. This phenomenon repeats every 14 moon cycle. The next supermoon is predicted to take place in August 10, 2014. This is the perfect moment for astro-photographers interesting to make the moon as their object. Photographing full moon is actually very tricky and requires the knowledge of manipulating exposure triangle, which are sensitivity (ISO), aperture, and shutter speed. It is basically because metering system, the one programming in most digital camera to measure the light and compared it with normal exposure, is fouled because the high contrast between the bright moon and the dark sky as the background.
Menggunakan mode metering spot pun tidak akan berguna dalam hal ini karena akan menyebabkan bulan terlihat datar (putih terang). Padahal permukaan bulan yang dipenuhi kawah-kawah dan gunung-gunung memberikan identitas tersendiri dalam hasil foto kita. Karena itu, pada kamera model otomatis atau biasa disebut point-and-shoot biasanya tidak akan memberikan hasil yang bagus dalam memotret bulan. Mode manual sangat disarankan untuk mengambil foto bulan ini. Tantangan berikutnya adalah pergerakan bulan akibat rotasi bumi, akibatnya kecepatan rana yang terlalu lama malah menghasilkan foto bulan yang blur. Kecepatan gerak bulan juga berbeda-beda tergantung posisinya dari cakrawala. Seperti halnya sunrise dan sunset, moonrise dan moonset, gerakan bulan lebih cepat jika makin dekat dengan cakrawala. Hasil keluaran foto yang diinginkan adalah permukaan bulan yang fokus dan tajam, dengan eksposur yang pas dengan seminimal mungkin noise. Oleh karena itu, pengaturan manual adalah ISO serendah mungkin untuk mengeliminasi noise, bukaan sekecil mungkin yang pas untuk menghasilkan ketajaman maksimum tanpa menghasilkan distorsi, dan kompensasi kecepatan rana yang rendah tanpa menghasilkan gambar blur akibat pergerakan bulan. Umumnya, foto yang baik mudah didapatkan asal polusi cahaya akibat lampu, awan, dan cahaya kota bisa dihilangkan. Oleh karena itu, untuk gambar bulan yang baik, sebaiknya dilakukan dengan cara berikut.
Using spot metering will also useless because the exposure will be based on the moon surface, so the result will make the moon as a flat white. Instead the moon contour that filled by craters and mounts will make a unique identity of the moon photos. Because of that, point-and-shoot camera will not produce decent image of the moon. Manual mode is recommended. The other challenge is the earth-moon movement so that the long exposure time will make the moon photo to be blurred. This movement's relative speed is higher when the moon position near the horizon. The expected result is the moon surface to be captured in perfect focus and sharp, optimal exposure with minimum noise. The technique will involve the lowest ISO as possible, sharpest aperture without distortion, and sufficient exposure time that still produces images without blur due to moon movement. In general, good photo can be captured in condition of clear sky and no light polution from the city light. Here are the tips to create a good moon photograph:

1. Bebas polusi cahaya
Alam terbuka dan jauh dari kota sangat ideal untuk fotografi astronomi pada umumnya. Cari tempat yang agak jauh ke pedesaan, dan tempat yang tidak ada cahaya di sekitarnya.
 1. Free of light pollution  
Outdoor and far from the bright town is very ideal for most astro-photography. Find the place that free from light pollution.
2. Cuaca
Perhatikan cuaca setempat, karena perjalanan mencari titik pandang astronomi akan berantakan jika cuaca mendung atau berkabut.
2. Weather
Take precaution of the current weather, because long trip to find a good astro-photography will be messed if the weather will be cloudy or foggy.
3. Tripod
Meskipun tripod sangat dianjurkan, banyak foto bulan yang bisa diambil secara handheld. Ikuti saja aturan jika kecepatan rana lebih lama dari 1/panjang fokal*crop factor, maka harus menggunakan tripod, kecuali kamera/lensa dilengkapi dengan sistem stabilisasi, seperti IS di Canon dan
VR di Nikon, yang dapat mengantisipasi beberapa f-stop. Teknik memegang kamera pun sangat berperan disini, terutama karena obyek yang akan difoto berada di atas.
3. Tripod
Even tripod usage is very recommended, many moon photograph are taken handheld. Just follow the rule of thumb if shutter speed is longer than one divided by focal length multiplied by crop factor, it will be very recommended to use it. Unless the cameras/lenses that equipped with stabilization system, like IS in Canon, VR in Nikon, VC in Tamron, SS in Sony, OS in Sigma, etc, that can tolerance the longer shutter speed from calculation above a few f-stop. Nevertheless, if handheld, camera holding technique will be very useful, moreover the object to be captured is located overhead. 
4. Lensa Telephoto
Makin besar panjang fokal, maka makin baik. Panjang fokal yang efektif biasanya minimal 400mm (35mm format). Penggunaan sensor crop memiliki keunggulan dalam aplikasi teknik ini dibandingkan sensor full-frame atau medium format. Sensor crop memiliki faktor crop yang memperpanjang jarak efektif fokal. Pada Canon adalah 1.6 dan pada Nikon adalah 1.5. Penggunaan lens-extender bisa sangat membantu.
4. Telephoto lens
Longer the focal length, the better. The minimum effective focal length usually 400mm (35mm format). Crop sensor camera have advantages for this purpose if compared with full frame sensor or medium format. Crop sensor has crop factor that multiplies the effective focal length, which for Canon is 1.6 and 1.5 for Nikon. The use of lens extender will also be advantage.
5. Filter
Idenya adalah mengefektifkan cahaya yang masuk, maka semua filter termasuk UV Filter harus dilepas.
5. Filter
The idea is to make the light coming to sensor as effective as it can, so all filter including UV filter shall be removed.
6. Cable release/timer
Untuk meminimalisasi gerakan, sangat dianjurkan menggunakan cable release, remote atau timer. Fitur mirror lock up juga bisa sangat berguna untuk menghasilkan foto yang tajam dan detail.
6. Cable release/timer
To minimize the vibration, it is recommended to use cable relase if using tripod or using 2-sec delay shutter if handheld. Mirror lock up will be useful to enhance image sharpness and capturing the most details.
7. Eksposure
Untuk mendapatkan pencahayaan yang pas, maka gunakan setting memotret pada siang hari. Abaikan metering pada kamera karena memotret bulan tidak akan bisa langsung bagus jika dilihat pada viewfinder. Untuk mendapatkan detail kawah pada permukaan bulan, cara terbaik memang mengunakan teleskop yang akan memberikan perbesaran setara 1500mm. Namun detail tersebut bisa didapatkan dengan lensa tele dengan timing yang tepat. Pengaturan eksposure harus agak over namun tidak terjadi clipping, caranya lihat di preview & histogram. Area clipping ditandai dengan histogram yang mentok di kanan/kiri, atau mudahnya terlihat berkedip di display. Area clipping di luar bulan tidak apa-apa. Gunakan format RAW. White balance harus di-set ke "shade", dan mode capture nol kan semua (faithful), dan tingkatkan sharpness sampai maksimal. Untuk mendapatkan detail hingga ke tepi (memberi kesan dimensi), maka pengambilan gambar harus diambil sehari setelah full-moon atau sudah muncul sedikit bingkai bayangan di salah satu sisi bulan. Ambil banyak gambar dengan setting yang berbeda namun pastikan over-eksposure tanpa clipping terjaga. Mulai dari bukaan maksimal yang ada di lensa hingga bukaan tertajamnya (biasanya f8). 
7. Exposure
To get the right exposure, keep in mind to use daylight shooting setup. Ignore metering in camera display because taking moon pictures can't be straightforward completed in camera only, post processing is essential. To capture the best details, the proper way is using a telescope those might give you a equivalent focal length 1500mm. But similar result can be produced with tele lens with a lot of cropping and perfect timing. The image captured shall be over-exposure without losing detail (clipping). Check display and histogram to decide your setting is OK or not. Clipping outside moon surface is not a problem (it will be pitch black anyway). Always use RAW format, white balance to "shade", and adjust preset to 0, unless sharpness to be maximized. To capture most details such as craters from center to the edge, capture it one day after full moon when a little shadow had casted on one side of  the moon. Take a lot of pictures with different setting, but keep in mind of the over-exposure principle.
8. Post Processing
Gambar yang sudah didapat bisa diolah dengan post processing dari yang sederhana hingga yang rumit. Secara sederhana, satu gambar terbaik dipilih dan diedit dengan mengatur tonal, kontras, dan ketajamannya menggunakan PS atau LR. Untuk cara yang rumit, cara ini melibatkan banyak foto, dalam contoh saya menggunakan 75 foto. Foto diambil dengan setting berbeda dengan panjang fokal yang sama tentunya. Foto-foto tersebut lalu dicrop dan di-stacking dengan program PIPP dan Registax (program khusus astro-imaging), lalu hasilnya di tuning dengan PS atau LR dengan cara yang sama seperti di atas.
8. Post Processing
The images captured shall be post processed to be a final image, simple way or complicated way. For a simple way, one best image is adjusted of its tone, contrast, and sharpness using PS or LR. For complicated way, it will involve many images, in my case 75 photos take with different setting in same focal length of course. Those photos are cropped and stacked using PIPP and Registax (special free software for astro-imaging). Then the final image is tuned using PS and LR.
(originally posted on june 23 2013, updated august 10 2014)

Supermoon Muara Badak, 10 Agustus 2014, multi images stacking
Supermoon Muara Badak, June 23 2013, single image processing