Banjir.. banjir dimana-mana di Jakarta hari ini. Di luar pohon palem hias melambai-lambai diterpa angin dan hujan. Entah mau menyapa saya yang dibikin kelimpungan gara-gara ketinggalan pesawat kejebak macet, kejebak banjir, atau mau mengajak bermain hujan.. tapi sorry tidak bisa, saya agak flu. Lobby-lobby dengan CS garuda akhirnya saya diperbolehkan naik penerbangan berikutnya,, "for free", thanks Garuda Indonesia (atau arahan Pak Djoko M dari Dirjen Perhubungan Udara, anyway Thanks).
Tulisan saya kali ini tidak berhubungan dengan banjir, tapi malah berhubungan dengan hobi saya selain jalan-jalan dan bekerja (pencitraan sangat untuk yang ini), yaitu fotografi. Beberapa minggu diguyur hujan tiada ampun membuat saya harus grounded tidak kelayapan kemana-mana. Ke gunung berlari ku (tapi badai) ke pantai ku berlabuh (sama aja badai, gelombang tinggi). See? tidak ada tempat untuk seorang pejalan di musim cuaca buruk begini. Daripada nganggur dan mikir jorok, mending saya eksperimen dengan peralatan-peralatan fotografi saya yang jarang tampil, yaitu lensa kit 18-55mm f3.5-5.6IS dan prime 50mm f1.8. Mereka berdua tergusur oleh lensa tajam Tammy 17-50mm f2.8 non-VC.
Apa yang mau dilakukan dengan kedua lensa itu? Saya mau coba mengambil gambar makro seolah-olah menggunakan lensa khusus makro dengan membalik lensa (reverse focal). Opsinya adalah, membalik kit, membalik prime, kit terpasang prime dibalik, atau prime terpasang kit dibalik. Dari keempat opsi tadi, yang baru saya lakukan adalah kit terpasang prime dibalik. Dalam hal ini, prime yang dibalik berfungsi seperti close-up filternya (macro converter) Raynox dkk.
Step by step:
1. Pasang lensa prime ke body kamera, nyalakan ke manual (M) atau aperture priority (Av), lalu set aperture ke bukaan tertinggi (f1.8) fokus infinity. Tekan tahan tombol shutter biar ngefek, lepas shutter, lalu pencet tombol release lensa puter dikit (jangan sampai lepas), lock fokus dengan switch fokus ke auto, lalu matikan kamera dan lepas lensa. --> Tujuan : supaya lensa prime terbuka lebar
2. Pasang lensa kit, nyalakan kamera ke manual (M) zoom ke 55mm biar tidak vignetting, aperture kecil (f16), fokus manual, speed 1/125 - 1/400 tergantung eksposure, ISO ambil aja 800 - 3200, flash arahin dekat +1.3. Fokus lensa kit ke fokus jauh (kira-kira aja, tapi jangan infinity) kalo udah yakin, usahakan tidak menekan lensa depan kit terlalu dalam supaya fokus tidak berubah, lebih bagus lagi kalau lensanya ada focus lock.
3. Pegang lensa prime posisi dibalik, jadi depan ketemu depan, bisa juga dengan membeli coupler male to male plus step up filter (karena diameter lensanya ngga sama, 52mm dan 58mm, kecuali emang udah dari sananya/built in adaptor 52mm ke 58mm) Mulai hunting deh.
4. Fokusnya gimana? Ya kaya lensa prime saja, maju mundurin lensa sampai ketemu fokus. Dengan trik ini, DoF (kedalaman fokus) sangat tipis, kelemahannya disini, padahal kit sudah diset f16. Kalau bendanya kecil sih oke (kaya semut, lalat bagong, kutu, dll), tapi kalau bendanya besar seperti belalang kupu-kupu, bisa-bisa yang fokus cuma matanya doang. Dengan cara ini, kira-kira fokus didapat sejarak 2 buku jari telunjuk dari lensa (ya kurang lebih 30mm). Perbesaran yang didapat cukup menakjubkan, kira-kira di atas 1:1
Kalo mau serius dengan dunia makro ya harus modal sih, minimal satu set extension tube bertumpuk (third party kaya Mieke juga oke lah), sama close up filter (nah ini kudu yang bagus, kaya Raynox, tapi harganya 2-3 juta Men!!). Kalau lebih modal lagi ya beli lensa khusus makro, kalo serius bisa pakai yang spesialis makro MPE-65 atau yang legendaris 100mm f2.8L IS macro (buat yang pakai Nikon, atau yang lain, sorry ane ngga ada ilmunya sampai kesitu)
Kalau mau iseng-iseng kaya saya, ya bolak-balik lensa aja cukup sih, hasilnya juga lumayan bagus kok (kata sesepuh di forum fotografi)
lalat buah yang nangkring di daun Lidah Buaya
|