Tanjung Limau adalah nama desa yang berbatasan langsung dengan operasi perusahaan migas VICO Indonesia. Daerah ini memiliki pesisir pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Makassar. Pantai ini terkenal oleh penduduk sekitar karena perkebunan kelapa-nya. Kelapa muda segar dijual disini oleh penduduk setempat, segar, baru dipetik langsung dari pohonnya. Harganya pun sangat terjangkau. Akses jalan ke sini pun sudah diaspal beton hingga ke kedai kelapa tersebut, namun untuk menuju ke pantai, jalannya masih jalan tanah yang gembur saat hujan. Maklum, ini jalan inspeksi pipa gas, karena di pantai nya ada dua sumur gas yang masih berproduksi. Disini dulunya juga terdapat pelantaran kayu, namun sudah tidak ada dan menyisakan tiang-tiang penyangganya.
Pantai di sekitar sini sayangnya berpasir kasar dan berlumpur, mungkin karena dekat dengan daratan yang cenderung berupa hutan mangrove. Di pantai Tanjung Limau sendiri, kondisi mangrove-nya bisa dikatakan sudah hancur. Banyak pohon tumbang yang tersapu dari laut kesini. Hal berbeda bisa dilihat di sepanjang jalan tepian pantai lainnya ke arah Bontang, hutan mangrove yang rimbun masih memenuhi tepian pantainya. Bahkan saya pernah melihat sekawanan atau satu keluarga kecil monyet hidung mancung proboscus atau yang biasa disebut bekantan, sedang mencari makan di sore hari, saat saya bersepeda ke jembatan KM 7. Sayangnya sudah dari hampir setahun yang lalu bersepeda ke tempat itu, kawanan ini tidak pernah terlihat lagi. Info dari driver yang juga penduduk lokal disini, belakangan ini kawanan ini kadang terlihat di hutan mangrove di sekitar SMPN 4 Muara Badak, sangat dekat dengan pantai Tanjung Limau (update 18/6, saya melihat sendiri kawanan bekantan di tempat ini hari ini). Terlihat kan? hutan mangrove adalah "rumah" alami bagi hewan-hewan disini, apalagi sekelas bekantan yang kini sudah menjadi satwa yang dilindungi.
Bekantan di daerah Tanjung Limau, Muara Badak |
Proboscus monkey atau monyet bule atau bekantan, salah satu hewan langka dan dilindungi, terdapat di Muara Badak, hidup bebas di sekitar hutan Nipah dan Mangrove |
Untuk itu maka bertepatan hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada 5 Juni lalu, dan mungkin berhubungan juga dengan hari lautan sedunia yang jatuh pada 8 Juni, maka VICO Indonesia melakukan aksi penghijauan pantai dengan penanaman 6,000 bibit mangrove, bekerja sama dengan masyarakat sekitar, pelajar, dan pemuda setempat, serta diikuti oleh perwakilan pejabat dari pemerintahan dan kedinasan terkait (seperti kelautan dan perikanan, kehutanan, lingkungan hidup, dll), serta SKK Migas selaku pengatur kebijakan eksploitasi energi migas di Indonesia. Acara ini berlangsung pada hari Sabtu 14 Juni, dimana penanaman mangrove dilakukan saat siang hari. Tipe penanaman mangrove yang diselenggarakan kali ini sengaja dipilih siang hari karena metode penanaman mangrove yang dipakai adalah penanaman daerah surut. Penanaman daerah surut artinya bibit mangrove ditanam dengan menggali dan mengurug tanah galian (gaya menanam standar). Metode lainnya adalah penanaman daerah rendam, artinya bibit hanya diikat pada batang penyangga dan dibiarkan terendam sebagian dengan polybag dibiarkan, dimana bibit tersebut nantinya akan tumbuh dalam media polybag hingga akarnya cukup kuat mencapai dasar pantai.
Saya ikut serta dalam kegiatan itu dan ikut menanam di sektor ujung kanan, dekat dengan posisi danau. Lumpur hitam sedalam lutut bukan halangan bagi saya. Banyak pemuda-pemudi yang ikut serta malah bermain lumpur dan berendam disana. Disini ada dua macam bibit, yaitu bibit yang sudah disemaikan terlebih dahulu (sudah ada batang dan daunnya), dan bibit yang berupa biji atau buah mangrove-nya. Saya kebetulan mendapat bibit mangrove semai. Karena ditanam di daerah surut, maka:
- Saya mulai dengan menggali lumpur hingga menemukan dasar yang berpasir.
- Lalu saya tancapkan batang penyangga hingga sedalam satu meter atau lebih. Jarak antar tanaman nanti sekitar dua langkah kaki lah.
- Lalu sebagian pasir di sebelahnya digali sedalam 20cm atau kira-kira setengah pergelangan tangan.
- Polybag saya robek sedikit agar ada kontak antara tanah polybag dengan pasir pantai, supaya bisa beradaptasi.
- Saya tanam dan dengan hati-hati saya kembalikan dulu lapisan pasirnya hingga agak padat.
- Lalu saya kembalikan bagian lumpurnya dan dirapikan
- Pohon mangrove-nya saya ikat longgar ke batang penyangganya.
- selesai
Bibit semaian pohon bakau/mangrove yang saya tanam |
Pantai Tanjung Limau saat ini, dipenuhi mangrove |
Dengan adanya penanaman bakau ini, semoga hutan mangrove kembali subur di sini, menjadi rumah bagi primata dan burung-burung eksotis, serta rumah bagi ikan-ikan kecil yang akan menjadi teman saya menyelam nanti. Minimal bisa menjadi tempat tujuan bersepeda yang indah.