Akhir Pekan Bersama Keluarga di Taman Safari Indonesia

Akhir pekan kali ini sebenarnya sangat spontan karena tidak sengaja saya lontarkan idenya. Ya, karena sudah terlanjur mengajak, sekalian dijadikan saja. Hitung-hitung kompensasi libur panjang harpitnas dalam seminggu ini (duet Isra Miraj dan Kenaikan Isa Almasih), keluarga saya tidak pergi kemana-mana. Padahal sehari sebelumnya kami berenang di Taman Air Marcopolo, namun saya belum merasa puas. Ya, jadi deh ditambah dengan mengunjungi Taman Safari. 

Ibu Primata

Kami berangkat pagi sekitar pukul 07:30 dari Bogor, via Jagorawi-Gadog. Namun keluar pintu tol Gadog, lalu lintas ke arah Puncak sangat padat. Sambil menjalankan aplikasi Waze, saya diarahkan ke jalur alternatif (kalau ada wazers lainnya, sapa-sapa ya kalau ketemu di jalan). Karena itu kami menyewa jasa ojek penunjuk arah ke jalur alternatif dengan biaya Rp.30,000 (nego bahasa sunda) plus pungli di hampir tiap persimpangan. Namun keputusan ini cukup menghemat waktu, dimana kami keluar setelah tanjakan Gadog, yaitu di dekat RM Sederhana. Lalu macet kembali di sekitar Wisata Taman Matahari. Lalu macet "kembali" hingga belokan Taman Safari, lalu lancar. Kami membeli wortel yang dijajakan disana. Biasanya, seikat wortel dijual dengan harga Rp.5,000. Namun dengan metode nawar bahasa native (sunda pisan), jadilah 8 ikat dihargai Rp.20,000.. deal!!. Setelah menepi sebentar untuk istirahat di dekat Indomaret, sekalian belanja snack dan minuman, saya tergiur buah pisang mas yang dijual di sepanjang jalan ini. Ya, saya tahu, pisang ini buat makanan satwa di dalam sana, tapi tetap saja saya juga pengen. Ketika saya tawar, si penjual membuka harga Rp.30,000 untuk satu tandan pisang berisi dua sisir. BUSET!!. Saya coba tawar, dengan harga margin atas di Kompleks, biasanya Rp.4,000 satu sisir, saya tawar Rp. 10,000 untuk dua sisir itu, tapi si Penjualnya tetap ngotot harga turun tapi tidak boleh kurang dari Rp.20,000. Ya gila, sesisir pisang mas yang kecil2 montok seharga Rp.10,000??? Ya keles.. Saya tidak mau menawar lagi, tidak jadi,,, hahahahaha. Setelah istirahat yang cukup, kami melanjutkan ke dalam Taman Safari. Tadinya mau stop dulu di parkiran dan makan bekal dulu menunggu antrial mobil yang mau masuk ke dalam, namun parkiran super penuh, dan petugas menyarankan untuk langsung masuk saja dan mencari parkiran di dalam nantinya.

Sedang Menyusui

Di gerbang, harga tiket masuk orang dewasa (di atas 6 tahun) adalah Rp. 140,000, tiket masuk anak-anak (0-6 tahun) Rp. 130,000, dan mobil Rp. 15,000. Setelah mendapat tiket dan menuju loket pemeriksaan tiket, kami berlanjut masuk ke area Safari. Bagi yang belum tahu, Area Safari adalah area dimana satwa-satwa dilindungi seolah-olah berada di alam liar tanpa batasan kandang. Kita masuk ke dalam kandang raksasa dimana semua satwa bisa hidup berdampingan tanpa batasan dinding kandang (kecuali satwa buas/predator ada gerbangnya sendiri nanti). Untuk itu, kondisi mobil harus dipastikan baik, karena kalau sampai mogok di dalam, atau ban kempes, ya harus sabar menunggu bantuan. Tidak boleh keluar dari mobil apalagi di kawasan satwa buas. Kalau kehabisan bensin, nah ini,,, depo bensin terdekat ada tidak jauh dari loket keluar Taman Safari. Kalau di dalam area Safari, area jualan bensin ada satu, itu pun di kawasan satwa buas, yang jualan harimau Sumatera,,, MAU?. Di area ini satwa-satwa relatif jinak bisa diajak berinteraksi. Di sinilah fungsi wortel yang sudah dibeli tadi. Satu persatu wortel diberikan ke satwa yang kira-kira herbivora. Sempat ketawa juga ada yang memberi berang-berang wortel (lu kira kelinci?). Tapi sebenarnya memberi makan satwa itu ada larangannya lho, tapi hitung-hitung membantu memberi nutrisi kepada satwa-satwa lucu menggemaskan itu, ya apa boleh buat (alibi). Tapi tidak banyak yang diberi ke satwa kok, dari 8 ikat wortel sampai gerbang satwa buas/predator, masih sisa 3 ikat untuk dibawa pulang ke rumah, lumayan buat bahan sop.

Curug Jaksa

Pada kunjungan tahun ini, hampir semua satwa sudah memiliki bayi satwa yang menggemaskan. Gajah, unta, kanguru, orang utan, siamang, bekantan, bahkan si gaboon yang galak. Begitu memasuki area satwa buas, ada satu harimau yang tampak agresif/gelisah dan berlari berlawanan dengan arus mobil. Kalau sampai melewati gerbang dan masuk ke area hewan jinak, bakal bagaimana ya jadinya? Mudah-mudahan tidak sampai terjadi. Area satwa buas adalah bagian terakhir dari area Safari. Pintu keluarnya langsung menuju kepada bangunan utama serta wahana-wahana di Taman Safari. 

Wahana yang saya incar adalah Safari Trail Gajah, jangan dibalik, nanti jadi Gajah Ngetril, hehehehe. Tapi dasar peraturan yang kaku, yang saya dengar biayanya Rp. 125,000 per orang, ternyata memang benar, tapi minimal berdua (diskriminasi jomblo nih parah!!). Tiket wahana ini Rp. 250,000 untuk dua orang. Kalau bergabung dengan orang yang tidak dikenal mana seru? Apalagi durasinya 20 menit. Ya sudah saya skip, nanti saja jika sudah ada gandengan. Saya lanjut saja berkeliling, foto dengan bayi satwa (orang utan Rp. 20,000, hewan lainnya Rp. 15,000, tapi kamera sendiri), mengunjungi satwa-satwa di sekitar area sambil berjalan kaki, hingga akhirnya ke atraksi Cowboy Show. Atraksi yang sangat menghibur, namun sayangnya bentrok dengan atraksi burung pemangsa. Sebenarnya ada juga atraksi lumba-lumba, namun saya tidak terlalu tertarik dengan atraksi tersebut (pendapat saya lho). Saya juga baru tahu ada fasilitas berenang bersama lumba-lumba disana (masuk wishlist nih). 

Sang Gorilla pun pusing melihat tingkah laku para simpatisan partai/tokoh kita

Keluar dari atraksi koboi, saya tertarik dengan gerbang besar ala Jurassic Park yang memiliki penanda arah ke Air Terjun. Di bawah, tepatnya di depan wahana taman air, saya melihat penanda ini dan tertulis jaraknya 1.3km. Setelah kurang lebih berjalan 1 km, seharusnya air terjun itu sudah dekat, dan memang sudah dekat. Kata petugasnya tinggal 200 meter. Ya sudah, lanjut ke air terjun. Dan setelah berjalan 100 meter, saya menemukan penanda jarak 200 meter itu... oke, lanjut lagi sampai saya sampai di lapangan parkir tempat wahana kereta wisata berakhir disini. Disini banyak monyet liar, jadi jangan membawa makanan yang terlihat oleh mereka. Namun mereka tidak se-agresif monyet-monyet di Uluwatu Bali yang bahkan mencuri topi, kacamata, dan aksesoris lainnya (sudah kaya jambret saja). Sampai disini jalan mulai menanjak, mobil sudah tidak bisa masuk karena ditutup oleh portal. Sekitar berjalan 20 meter, gerbang masuk ke Curug Jaksa terlihat. Jalan mulai licin berlumut disini, jadi disarankan menggunakan sendal gunung. Air terjun Curug Jaksa ini tidak berair deras, dan air jatuh ke batu lalu mengalir ke sungai yang mirip paritan kecil, sehingga aman untuk bermain air disini. Sayangnya saya tidak membawa baju ganti, sehingga main air disini juga menjadi wishlist.

Sekitar pukul 16:30 kami memutuskan pulang ke Bogor. Menggunakan Waze, laporan kemacetan parah menghiasi jalan raya Puncak, padahal sudah diberlakukan sistem satu arah menuju Bogor. Mendapat laporan tersebut, agar tidak garing selama di perjalanan, saya membeli bekal cemilan di Alfamart pertigaan Taman Safari. Sesuai laporan, jalan raya Puncak padat merayap. Namun sistem buka tutup ini memudahkan perjalanan sehingga titik kemacetan cepat terurai, terutama setelah melewati Taman Matahari, jalan mendadak lancar.

Di bawah ini adalah dokumentasi satwa-satwa yang saya dapat selama kunjungan kesana.